Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 14
MANFAAT DAN PENGOLAHAAN RUMPUT LAUT

Oleh

Sri Istini, A.Zatnika dan Suhaimi1)

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan langsung sebagai bahan makanan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, carrageenan dan alginat merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Indonesia di samping mengekspor rumput laut juga mengimpor hasil-hasil olahannya yang dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Sampai saat ini industri pengolahan di Indonesia yaitu agar-agar masih secara tradisional dan semi industri, sedangkan untuk carrageenan dan alganit belum diolah di dalam negeri.

Guna meningkatkan nilai tambah dari rumput laut dan mengurangi impor akan hasil-hasil olahannya, pengolahan di dalam negeri perlu dikembangkan. Disini diuraikan beberapa proses pengolahan rumput laut serta manfaat dari hasil-hasil olahannya.

1. PENDAHULUAN

Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat pesisir. Sampai saat ini sebagian besar rumput laut diekspor dalam keadaan kering dan baru sebagian diolah menjadi agar-agar di samping dimakan sebagai sayuran.
Jenis-jenis rumput laut yang sudah diolah diantaranya Gracilaria sp., Gelidium sp. menjadi agar-agar yang dilakukan oleh negara-negara Jepang, Amerika, New Zealand, Australia maupun Indonesia. Namun di Indonesia pengolahan agar-agar masih pada tahap semi tradisional, yaitu dalam bentuk lembaran, batang dan bubuk. Selain itu terdapat perusahaan agar-agar yang hanya melakukan pengepakan saja. Produksi agar-agar di Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang digunakan sebagai makanan.

Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor agar-agar dari negara lain. Gambaran impor agar-agar pada tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Data impor agar-agar
TahunVolume (Kg)Nilai (US)
197095.518556.763
197925.872144.670
1980159.349848.019
198143.372300.710
1982261.947542.957
1983330.111526.957

Sumber : Biro Pusat Statistik.

1) Staf Deputi Pengkajian Ilmu Dasar dan Terapan, BPP Teknologi Jakarta.

Untuk mengurangi impor agar-agar dan menaikkan nilai tambah dari rumput laut perlu dikembangkan pabrik pengolahan agar-agar di Indonesia dengan ditunjang oleh produksi rumput laut sebagai bahan baku yang memenuhi kualitas dan kuantitas yang diharapkan.

Selain jenis rumput laut penghasil agar-agar, terdapat juga jenis lain yang cukup potensil dan banyak di perairan Indonesia yaitu Eucheuma sp. yang dapat menghasilkan karaginan dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegunanaan, dimana karaginan tersebut bersifat hidrocolloid, terdiri dari dua senyawa utama, senyawa pertama bersifat mampu membentuk gel dan senyawa kedua mampu menyebabkan cairan menjadi kental.

Komponen tersebut pada hakekatnya adalah suatu polisacharida yang terdiri dari ketiga kelompok besar : agar-agar, carrageenan dan gelans yang memiliki beberapa sifat yang mirip dengan alginat pada ganggang coklat dan secara kolektif polisacharida dari ganggang tersebut dikenal sebagai phycocolloid.

Polisacharida-polisacharida tersebut terdiri dari unit-unit Galaktose dan membentuk ikatan Glucosidec secara berselang dengan α1–3 dan β 1–4. Kandungan ester sulfat dapat digunakan sebagai parameter untuk membedakan berbagai jenis polisacharida dari ganggang merah. Menurut Food Chemical Codex (1974) yang disebut carrageenan minimal harus mengandung sulfat 18% dari berat kering, sedangkan agar-agar hanya mengandung sulfat 3–4%.

Seperti halnya agar-agar dan carrageenan yang dapat dihasilkan dari ganggang merah (Rhodophyceae), alginat yang dapat dihasilkan dari ganggang coklat jenis Sargassum banyak pula digunakan. Sampai saat ini jumlah rumput laut jenis ini sangat sedikit di Indonesia, sedangkan kebutuhan alginat cukup besar yang dapat dilihat pada data impor (Tabel 2).

Tabel 2. Da Impor alginat dalam bentuk garam dan ester
TahunVolume (Kg)Nilai (US $)
19814.639.5085.114.598
19822.938.3034.764.968
19833.717.9014.848.997
19843.652.3655.473.142
1985*849.4911.885.703

Sumber : Biro Pusat Statistik
*) Sampai bulan April 1985.

Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 1981 s/d 1984 kebutuhan alginat di dalam negeri cukup besar, yaitu antara 2.900 ton s/d 3.700 ton dengan nilai yang semakin meningkat. Untuk mencapai kebutuhan bahan baku alginat perlu dikembangkan usaha budidaya rumput laut jenis Sargassum.

Pada prinsipnya proses pengolahan senyawa-senyawa di atas seperti agar-agar, karaginan dan alginat adalah sama, yaitu dengan mengekstrak senyawa-senyawa tersebut dari rumput laut. Proses-proses pengolahan dalam makalah ini berdasarkan study literatur dan sebagian dengan study lapangan pada pengolahan secara tradisionil dan semi tradisionil.

2. MANFAAT RUMPUT LAUT

2.1. Jenis-jenis rumput laut komersil

Rumput laut dibagi dalam empat kelas yaitu : Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodophyceae (ganggang merah), Cyanophyceae (ganggang biru), Phaeophyceae (ganggang coklat).

Dari keempat kelas tersebut hanya dua kelas yang banyak digunakan sebagai bahan mentah industri, yaitu :

2.2. Kegunaan rumput laut dan hasil olahannya

Rumput laut telah lama digunakan sebagai makanan maupun obat-obatan di negeri Jepang, Cina, Eropa maupun Amerika. Diantaranya sebagai nori, kombu, puding atau dalam bentuk hidangan lainnya seperti sop, saus dan dalam bentuk mentah sebagai sayuran. Adapun pemanfaatan rumput laut sebagai makanan karena mempunyai gizi yang cukup tinggi yang sebagian besar terletak pada karbohidrat di samping lemak dan protein yang terdapat di dalamnya. Hasil analisa dari sebagian jenis rumput laut yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan dan Bali dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisa rumput laut
Jenis analisaE. spinosum
(Bali)%
E. spinosum
(Sul Sel)%
E. spinosum
(Bali)%
G. gigas
(Bali)%
Kadar air12,9011,8013,9012,90
Protein (Crude protein)5,129,202,697,30
Lemak0,130,160,370,09
Karbohidrat13,3810,645,704,94
Serat kasar1,391,730,952,50
Abu14,214,7917,0912,54
Mineral:Ca52,85 ppm69,25 ppm22,39 ppm29,925 ppm
Fe0,108 ppm0,326 ppm0,121 ppm0,701 ppm
Cu0,768 ppm1,869 ppm2,736 ppm3,581 ppm
Pb=0,015 ppm0,040 ppm0,190 ppm
Vitamin B1 (Thiamin)0,21 mg/100g0,10 mg/100g0,14 mg/100g0,019 mg/100g
Vitamin B2 (Riboflacin)2,26 mg/100g8,45 mg/100g2,7 mg/100g4,00 mg/100g
Vitamin C43 mg/100g41 mg/100g12 mg/100g12 mg/100g
Carrageenan65,75%67,51%61,52%=
Agar===47,34%

Sumber : hasil analisa di FTDC

Di samping digunakan sebagai makanan, rumput laut juga dapat digunakan sebagai penghasil alginat, agar-agar, carrageenan, fulceran, pupuk, makanan ternak dan Yodium. Beberapa hasil olahan rumput laut yang bernilai ekonomis yaitu :

  1. Alginat, digunakan pada industri :
  2. Agar-agar, banyak digunakan pada industri/bidang :

Karaginan, biasanya diproduksi dalam bentuk garam Na, K, Ca yang dibedakan dua macam yaitu Kappa karaginan dan lota karaginan berasal dari Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum. Iota kagarinan berasal dari Eucheuma spinosum. Kedua jenis karaginan tersebut dapat berfungsi sebagai stabilizer, thickener, emulsifer, gelling agent, pengental.

Pemakaian karaginan diperkirakan 80% digunakan di bidang industri makanan, farmasi dan kosmetik. Pada industri makanan sebagai stabilizer, thickener, gelling agent, additive atau komponen tambahan dalam pembuatan coklat, milk, pudding, instant milk, makanan kaleng dan bakery.

Untuk industri non food antara lain pada industri :

3. PENGOLAHAN AGAR.

Agar-agar merupakan senyawa ester asam sulfat dari senyawa galaktan, tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan membentuk gel. Rumus bangun agar-agar :

Rumus molekul : (C12H14O5(OH)4)n

Beberapa sifat dari agar-agar :

Sebelum dilakukan proses pengolahan, untuk mendapatkan bahan baku yang bersih perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : Rumput laut hasil pemetikan dari alam dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel seperti pasir, karang, garam dan kotoran lainnya. Setelah bersih dicuci dengan iar tawar sampai berwarna putih kemudian dikeringkan. Pencucian dan pengeringan dilakukan beberapa kali sampai diperoleh rumput laut kering yang bersih dan putih. Pengeringan dilakukan dengan penjemuran sinar matahari. Hasil pengeringan rumput laut mempunyai kandungan air berkisar 15–25%.

3.1. Pengolahan secara tradisionil di Pameungpeuk Garut

Pada pengolahan secara tradisionil/sederhana diperlukan peralatan yang cukup sederharna yaitu :

Rumput laut yang akan diolah adalah jenis Gracilaria sp (agar merah) dan Hypnea sp (bulu kambing). Rumput laut yang sudah kering dan bersih (3Kg), sebelum dimasak dalam drum yang berisi air 150 1 ditambahkan asam sulfat encer 2 sendok dan asam cuka 2 sendok, diaduk sampai merata, selanjutnya dimasak. Dalam satu hari dapat dilakukan dua kali pemasakan (2×4 jam). Pemasakan dilakukan sampai mendidih dan rumput laut hancur serta larut menjadi suatu masa yang berbentuk bubur encer, kemudian dilakukan pemisahan antara larutan dan residu. Hasil pemisahan (larutan) dituangkan pada loyang kemudian didinginkan selama satu malam sampai membeku.

Agar yang sudah membeku dipotong dengan ketebalan 1 cm dan diletakkan diantara kain yang berukuran sama dengan cetakan/loyang, kemudian disusun dalam alat pengepres sampai ketinggian kira-kira 0,5 m dan dipres dengan cara memberi beban (batu) di atas tumpukan agar-agar. Hasil pengepresan berupa lembaran agar-agar tipis, kemudian dianginkan dan dijemur 1 sampai 2 hari hingga kering. Dalam 3 kg rumput laut kering dapat menghasilkan 780 gram agar-agar atau 78 lembar agar-agar dengan berat pelembar 10 gram.

Untuk menghasilkan agar-agar dalam bentuk batangan pada prinsipnya hampir sama dengan pengolahan agar-agar dalam bentuk lembaran, tapi tidak dilakukan pengepresan, hanya penyaringan biasa dan dicetak dengan ukuran 10×4×3 cm. Hasil cetakan didinginkan dan dibekukan semalam, kemudian dikeringkan dengan penjemuran di bawah sinar matahari.

3.2. Pengolahan secara semi tradisionil

Pada pengolahan secara semi tradisionil, rumput laut diolah menjadi agar-agar berbentuk bubuk ataupun bentuk lain yaitu agar batangan dan agar lembaran.

Adapun peralatan yang diperlukan yaitu : Bahan yang digunakan antara lain :

Proses pengolahan :

Gambar 1.

Gambar 1. Skema pembuatan agar-agar.

4. PENGELOLAAN KARAGINAN

Karaginan sampai saat ini belum diolah di Indonesia walaupun bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat karaginan banyak terdapat di Indonesia antara lain Eucheuma spinosum. Karaginan adalah suatu campuran yang kompleks dari beberapa polisacharida. Lambda dan Kappa karaginan secara bersama-sama dapat diekstrak dari rumput laut jenis Chondrus crispus dan beberapa species dari Gigartina, sedangkan lota karaginan diekstrak dari Eucheuma spinsosum.

Rumus bangun dari karaginan :

Beberapa sifat dari karaginan antara lain :

Pengolahan pasca panen :

Pengolahan pasca panen atau pengolahan awal dilakukan untuk pembersihan/ menghilangkan pasir, garam dan kotoran - kotoran lain yang melekat dengan cara mencuci dengan air tawar (pencucian dilakukan dua sampai tiga kali). Hasil pencucian dikeringkan hingga diperoleh rumput laut yang bersih dengan kandungan air 10 – 25 %. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari atau menggunakan alat pengering. Hasil pengeringan dapat langsung diproses atau dapat juga digunakan untuk kebutuhan ekspor rumput laut kering.

Alat-alat yang diperlukan :

Bahan-bahan yang diperlukan :

Proses pengolahan karaginan :

Gambar 2.

Gambar 2. Skema pembuatan carrageenan.

5. PENGOLAHAN ALGINAT

Alginat diekstrak dari rumput laut coklat (Phaeophyceae), misalnya Laminaria dan Sargassum. Asam alginat adalah suatu polisacharida yang terdiri dari D-mannuronic acid dan L-guluronic acid yang merupakan asam-asam karbosiklik (R-COOH) dengan perbandingan mannuronic acid/guluronic acid antara 0,3–2,35.

Alginat biasanya digunakan dalam bentuk garam misalnya garam Sodium, Calsium, Potasium dan Amonium dan juga dalam bentuk ester seperti Propylene glycol alginat. Sodium alginat komersil mempunyai berat molekul antara 32.000–200.000 dengan derajat polimer 180 – 930. Asam alginat dan garam Calciumnya sangat sedikit larut dalam air, sedangkan garam Sodium, Potasium dan Amonium serta Propylene esternya larut dalam air panas dan air dingin.

Proses pengolahan :

6. CATATAN PENUTUP

Indonesia yang cukup potensial akan rumput laut sudah harus memikirkan pengolahannya didalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah rumput laut dan mengurangi impor hasil-hasil olahannya, terutama agar-agar dan karaginan yang bahan bakunya selama ini banyak diekspor.

Proses pengolahan, terutama untuk agar-agar dimana pengolahannya secara tradisionil cukup sederhana dan tidak membutuhkan peralatan yang rumit dapat diterapkan pada daerah-daerah yang potensil dan belum ada pabrik pengolahan agar-agar. Hal ini dapat dilakukan oleh para petani sebagai industri rumah tangga untuk meningkatkan pendapatannya.

DAFTAR PUSTAKA

AKIO OKAZAKI, 1971, Seaweeds and their uses in Japan, Tokai University Press, Tokyo. CHAPMAN, V.J. 1970, Seaweeds and their uses, Methuen & Co. LTD, London. DAVIDSON, R.L., 1980 Handbook of Water-Soluble Gums and Resins, Mc. Graw-Hill, Inc, New York.

OTHMER,K., 1969 Encyclopedia of Chemical Technology, Seaweed Colloid, Vol 17 : 763– 784, John Wiley & Sons, Inc, New York.

SUGIARTO, A., dkk, 1978, Rumput Laut (Algae), manfaat, Potensial dan Usaha Budidayanya, LON - LIPI, Jakarta.

WHISTLER, R.L., DAN BE MILLER, J.N., 1973, Industrial Gums, Academic Press, New York.

WINARNO, F.G., 1985, Teknologi Pengolahan Rumput Laut, makalah pada diskusi panel pengembangan industri Pengolahan Rumput Laut di Indonesia, Jakarta.

Gambar 3.

Gambar 3. Skema pembuatan natrium alginat.


Previous Page Top of Page Next Page