Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 29
BUDIDAYA LAUT DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
DI SULAWESI UTARA

Oleh

A. Aziz. D1)

1. PENDAHULUAN

Budidaya ikan termasuk budidaya laut adalah suatu usaha untuk mengembangkan atau menternakkan organisme air dibawah pengontrolan/pengelolaan manusia untuk memanipulasi paling tidak satu tingkat ( 1 stage ) kehidupan organisme yang dipelihara sebelum mereka dipanen untuk tujuan peningkatan produksi. Akhir-akhir in kegiatan budidaya ikan, baik yang bersifat menyokong maupun yang langsung terlibat dalam kegiatan budidaya itu sendiri, mulai banyak menarik perhatian masyarakat dan pemerintah.

Meningkatnya perhatian masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan kegiatan budidaya disebabkan oleh beberapa kondisi, antara lain :

  1. Permintaan akan protein ikan yang semakin meningkat karena masyarakat mulai menyadari kelebihan ikan sebagai sumber protein hewani dibanding hewan lainnya.

  2. Biaya operasional dalam penangkapan ikan, terutama di laut meningkat karena : Sumberdaya perikanan laut menurun yang mengakibatkan daerah operasi semakin jauh, kenaikan harga bahan bakar dan biaya “melaut” lainnya.

  3. Tingkat produksi per unit area pada budidaya dapat dinaikkan dengan input teknologi tertentu seperti makanan dan sebagainya.

  4. Kemungkinan berkembang secara ekonomis usaha budidaya laut lebih tinggi dibanding usaha pertanian dan peternakan dan sangat sedikit pengaruh kenaikan harga minyak terhadap aktivitas usaha.

Keadaan di atas secara umum berlaku pula untuk Sulawesi Utara, dengan keadaan yang lebih khusus lagi dimana pengembangan penangkapan ikan di laut terbentur pada penurunan harga jenis ikan ekspor (cakalang) yang merupakan jenis yang dominan dan kenaikan harga umpan hidup dan bahan bakar minyak. Dilain pihak, ikan laut tertentu, terutama jenis-jenis ikan karang mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding ikan lain. Jenis-jenis ikan tersebut seperti : Kerapu (Epinephelus spp); Bambangan (Lutjanus spp), Kakap (Lates calcarifer), dan Kuwe (Caranx spp) mempunyai potensi yang cukup untuk dikembangkan di Sulawesi Utara.

Dengan adanya kenyataan tersebut, prospek pengembangan budidaya laut di Sulawesi Utara merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan profesi nelayan kearah kegiatan bubidaya di daerah-daerah tertentu yang secara tehnis memenuhi syarat dan secara ekonomis menguntungkan.

1 Dinas Perikanan Propinsi Sulawesi Utara.

2. KEADAAN BUDIDAYA LAUT DI SULAWESI UTARA

2.1 Luas daerah budidaya laut di Sulawesi Utara dalam taraf, yang belum berkembang. Namun baik berdasarkan pengamatan sepintas keadaan lapangan maupun atas dasar hasil survai, potensi pengembangannya mempunyai prospek yang cukup menggembirakan.

Pelaksanaan budidaya laut di Sulawesi Utara hingga saat ini bersifat suatu pilot farm dengan dana yang berasal dari Pemerintah Pusat. Pilot farm dimaksud terletak di Teluk Talengan (Desa Talengan) Kecamatan Tabukan Tengah Kab. Sangir Talaud. Dari ibu kota Kabupaten (Tahuna) perjalanan ± 1,5 jam dengan kendaraan bermotor sedang dari ibu kota Kabupaten ke kota Propinsi (Manado) hanya dapat ditempuh melalui udara atau laut, dengan jarak penerbangan ± 1 jam.

Pelaksanaan uji coba adalah berupa “Cage culture” (kurungan terapung), terdiri dari 2 unit. Masing-masing unit terbagai atas 4 buah “Cage” masing-masing berukuran panjang 4 m, lebar 3 m dan dalam 3 m (Gambar 1). Bahan jaring yang digunakan untuk kurungan terbuat dari polycthylene dengan ukuran mata jaring 0,75 inchi. Sebagai pelampung dipergunakan drum dan untuk membuat agar pelampung tersebut dapat tahan lama, drum dilapis dengan ter. Kerangka kurungan terdiri dari susunan balok kayu membentuk unit menjadi segi empat. Setiap sudut dari jaring bagian dasar diikatkan pada pipa besi dengan maksud agar jaring bagian bawah dapat membuka dengan penuh.

2.2. Jenis komoditi budidaya

Berdasarkan hasil team survai proyek INFIDEP (CIDA) 1982 menunjukkan bahwa :

Jenis ikan-ikan kerapu totol (Epinephelus tauvina), kerapu macan (E. fuscoguttatus), kakap (Lates calcarifer), bambangan (Lutjanus sanguineus), selar (Caranx spp) ekor kuning (Caesio erythrogaster) dan beronang (Siganus spp) memungkinkan untuk dibudidayakan di Sangihe Talaud. Melihat potensi benih dan sangat mungkin untuk dibudidayakan; harga ikan dipasaran lokal, maka ikan kerapu dan kuwe mempunyai prospek yang paling baik. Namun, pada pelaksanaan pilot project yang lalu, hanya dibudidayakan jenis ikan beronang dan ikan kuwe, karena benihnya ralatif didapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding jenis lainnya. Sedangkan untuk masa penebaran sekarang, diusahakan untuk dapat memelihara 3 jenis, ikan, yaitu kerapu, Kuwe dan beronang.

2.3 Padat penebaran dan pengelolaan

Pada periode I pelaksanaan uji - coba, padat penebaran sangat rendah (under stocking), pada satu kurungan hanya ditebarkan masing-masing 100 ekor ikan beronang dan ikan kuwe. Menurut pelaksana proyek, hal ini terpaksa dilakukan karena sangat sulit mendapatkan benih waktu itu dan fasilitas untuk monitoring tidak tersedia. Sedangkan pada pelaksanaan proyek sekarang sudah digariskan untuk melakukan penebaran ikan dengan kepadatan awal 10 ekor/m3 atau ± 300 - 500 gram/m3. Karena setiap kurungan berukuran 36 m3, maka kepadatan per kurungan adalah 360 ekor yang berukuran 20 - 50 gram/ekor. Dari 8 kurungan yang ada hanya 6 kurungan ditebari benih, 2 kurungan untuk ikan kuwe dan ikan kerapu, sedang sisanya untuk ikan beronang.

Pada periode I pilot project, pengelolaannya tidak intensif. Pemberian pakan tidak teratur, kadang-kadang di beri cacahan ikan rucah dan cacahan daging bulu babi atau daging tiram.

2.4 Periode pemeliharaan

Karena berbagai pertimbangan non-teknis pada pemeliharaan pertama dilakukan hanya selama 4 bulan. Sedangkan untuk pemeliharaan selanjutnya akan dilaksanakan dengan masa 6 bulan dan dengan pemberian pakan yang teratur serta pengelolaan yang baik.

2.5 Hasil panen

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa pemberian pakan selama masa pemeliharaan tidak teratur dan proyek dikelola tidak sebagaimana mestinya, maka hasil yang dicapai tidak memuaskan. Dari pengamatan, terlihat bahwa ikan peliharaan memang kurang pakan, terlihat dari bentuk fisik ikan yang kepalanya membesar dan badannya memanjang. Data pertumbuhan tidak dapat disajikan dalam kesempatan ini karena sampling ikan tidak dilakukan selama periode pemeliharaan.

2.6 Penyediaan benih

Jumlah benih dari berbagai jenis yang telah disebut diatas secara potensial tersedia disekitar lokasi proyek. Namun, jenis Caranx spp dan Siganus spp lebih mudah diperoleh dibanding yang lainnya. Kesulitan utama dalam mendapatkan benih terutama kerapu dan kakap karena nelayan belum terbiasa dengan alat tangkap bubu yang secara teknis lebih cocok untuk ikan kerapu. Untuk jenis ikan beronang dan ikan kuwe, walaupun dapat ditangkap dengan jaring, pelaksanaannya sering mengalami kesulitan, karena ikan tersebut banyak bergerombol di perairan karang dan penggunaan jaring akan terganggu.

2.7. Pemasaran hasil

Harga ikan di sekitar lokasi uji coba (pilot project) budidaya laut sangat berfluktuasi dari musim ke musim pada musim ikan, harga turun dan saat musim paceklik, harga cukup tinggi. Secara umum harga ikan kuwe, kerapu dan kakap relatif tinggi (mencapai Rp. 5.000,-/ kg) Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, panenan ikan sebaiknya diatur saat harga ikan laut pada umumnya sedang naik atau saat musim paceklik ikan.

Berdasarkan pengalaman, musim ikan dan fluktuasi harganya di Sangihe Talaud derdiri atas 3 kategori sebagai berikut (Table 1)

Tabel 1. Keadaan musim dan harga ikan di Kab. Sangihe Talaud

Bulan/PeriodeMusimHarga
- Maret s/d MeiPuncak musim ikanharga rendah
- Juni s/d SeptemberProduksi menurunharga menaik
- Oktober s/d FebruariPaceklikharga menanjak naik

Hasil panen pada uji coba yang pertama, sangat rendah dan seluruhnya dibagikan pada penjaga dan nelayan setempat. Untuk pemasaran hasil panen selanjutnya akan diatur mengikuti keadaan musim ikan sewaktu harga ralatif tinggi (sekitar Januari - Februari).

3. POTENSI PENGEMBANGAN

3.1 Jenis ikan dan penyebarannya

Jenis ikan (ikan dalam pengertian luas) di Sulawesi Utara bervariasi menurut lokasinya. Demikian juga potensi jumlah yang tersedia sangat tergantung pada lingkungannya. Secara pasti jenis dan jumlah potensi ikan yang terdapat di Sulawesi Utara akan dapat diketahui bila dilakukan survai potensi sumberdaya selengkap mungkin.

Namun, beberapa daerah seperti Sangihe Talaud dan Labuan Uki telah pernah dilakukan survai potensi. Sedangkan daerah-daerah lain baru sekedar pengamatan lapangan yang bersifat kurang lengkap dan terperinci.

Berdasarkan hasil survai dan pengamatan lapangan tersebut, maka beberapa jenis ikan (tergantung dari kondisi lapangan) dapat dikembangkan, seperti tergambar di bawah ini.

Tabel 2. Potensi jenis ikan budidaya laut di Sulawesi Utara

No.Jenis ikan/biota lautDaerah penyebaran
1.Ikan :a) Kerapu
(Epinephelus spp)
Hampir merata di daerah karang
Utara; terutama di
b)Bambangan
(Lutjanus spp)
- Sekitar pulau Sangihe Besar
- Selat Lembeh
c)Kuwe (Caranx sp)- Teluk Tolok (Ratatotok)
- Teluk Kora-kora, Kec, Likupang
d)Beronang
(Siganus sp)
- Teluk Bolaang Uki
- Paguyaman
e)Kakap (Lates sp)- Lemito
2.Rumput laut Terutama di perairan Popayato (Gorontalo)
3.Kerang-kerangan Pulau Sangihe Besar Selat Lembeh.

3.2 Daerah yang memungkinkan untuk lokasi budidaya laut

Pengembangan budidaya laut secara potensial dapat dilaksanakan pada 4 Kabupaten yaitu : Kab. Sangihe Talaud, Kab. Minahasa, Kab. Bolaang Mongondow dan Kab. Gorontalo. Kriteria penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis yang mendukung pengembangannya.

Berdasarkan kriteria teknis, untuk budidaya ikan yang diperhatikan adalah keadaan ombak dan arus yang tidak terlalu kuat (biasanya daerah-daerah teluk), faktor fisik dan kimia air tidak berfluktuasi besar dan mempunyai range yang diinginkan. Lokasi-lokasi yang potensial untuk budidaya ikan (dalam kurungan) berdasarkan hasil survai INFIDEP/CIDA adalah di Teluk Manalu dan Selat Mahumu, keduanya di Kab. Sangihe Talaud. Sedangkan menurut hasil survai Ir. K.A. Azis (IPB). Labuhan Uki, Kab. Bolaang Mongondow, juga sangat ideal untuk budidaya laut. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan Staf Dinas Perikanan, daerah lain yang mempunyai potensi teknis untuk dikembangkan adalah Teluk Kora-kora dan Teluk Tolok Kabupaten Minahasa, Teluk Paguyaman dan Teluk Lamito (diKab. Gorontalo). Dari aspek pemasaran (ekonomis) daerah yang potensial adalah Teluk Kora-kora, Teluk Tolok, Labuhan Uki dan Teluk Paguyuman.

Daerah rumput laut yang paling potensial untuk dikembangkan adalah perairan sekitar Kec. Popayato (Kab, Gorontalo). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa “Parent stock” di daerah tersebut sangat besar dan kedalaman air pada saat air surut sekitar 30 - 40 cm dan daerahnya berkarang halus.

3.3 Potensi produksi

Menurut perhitungan, setiap lokasi yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan laut di kurungan terapung pada lokasi yang telah disebutkan di atas dapat dikelola areal rata-rata seluas 5 Ha. Bila kedalaman kurungan rata-rata 2,5 m maka didapatkan volume asumsi daerah budidaya sebesar 8 × 50.000 × 2,5m3 = 1 × 106 m3. Rata-rata produksi tahunan dari pemeliharaan ikan di kurungan terapung 5 – 10 kg/m3; sehingga potensi produksi ikan dari budidaya laut dapat diharapkan ± 10.000 ton/tahun. Disamping itu masih banyak lokasi yang mungkin sangat memenuhi syarat, tetapi belum terjangkau selama pengamatan lapangan.

3.4 Pemasaran hasil

Penduduk Sulawesi Utara dikenal sebagai “fish eating minded” dimana menu makanan hairan mereka akan “hambar” tanpa adanya ikan. Namun, harga ikan di Sulawesi Utara sangat berfluktuasi karena pengaruh musim. Umumnya jenis-jenis ikan karang (di Sulut disebut sebagai ikan mengail) mempunyai harga yang lebih tinggi dari pada ikan lainnya; Ikan Kerapu merupakan ikan laut yang termahal, diikuti oleh ikan Kuwe, Bambangan.

Di pasaran Manado, Bitung Tahuna dan Gorontalo berdasarkan hasil survai, ikan kerapu, konsumsi (ukuran 0,6 - 1 kg) mempunyai harga rata-rata Rp. 5.000/kg. Daerah yang potensial untuk pemasaran ikan terutama adalah pasar-pasar di Manado, Bitung dan Gorontalo. Untuk daerah sekitarnya dapat disesuaikan pada saat-saat musim paceklik ikan, sehingga akan didapatkan harga yang baik bagi hasil panen ikan budidaya laut. Mengingat potensi pasar tersebut, maka daerah-daerah/lokasi yang dekat dengan pasar sangat ekonomis untuk dikembangkan. Daerah-daerah tersebut adalah Teluk Kora-kora; Teluk Ratotok, Teluk Labuan Uki dan Teluk Paguyaman.

3.5 Ketersediaan tenaga dan dana

Program pengembangan budidaya laut mengambil subjek / objek terutama pada nelayan dengan sasaran untuk menaikkan taraf hidup mereka. Program ini juga sejalan dengan pembangunan desa pantai yang relatif mempunyai tingkat hidup yang lebih rendah dari kelompok masyarakat lainnya. Karena itu, modal merupakan salah satu masalah mereka dalam menanamkan suatu investasi baru. Masalah modal ini dapat diatasi dengan bantuan dari luar, misalnya dalam bentuk kredit dari Bank atau instansi lain. Kredit dapat diberikan kepada nelayan secara perorangan atau dalam bentuk kelompok.

Secara kuantitas tenaga dalam rangka pengembangan budidaya laut tersedia dalam jumlah yang relatif cukup (jumlah nelayan di Sulawesi Utara yang merupakan sebagian besar kelas masyarakat desa pantai berjumlah ± 55.000 orang atau 2,4 % dari jumlah penduduk total). Namun, secara kualitas, tenaga-tenaga tersebut perlu mendapat latihan yang secukupnya, baik yang bersifat teknis maupun yang bersifat managerial. Latihan dimaksud tidak hanya diberikan pada nelayan/pengelola budidaya laut yang terlibat langsung dalam usaha, tetapi juga kepada staf Dinas Perikanan yang akan bertindak selaku pembina mereka. Untuk keperluan latihan sumber dananya diharapkan dari Pemerintah atau bantuan luar negeri baik yang bersifat “bantuan” maupun “hibah”.

Hingga sekarang, baru terdapat 3 orang tenaga staf Dinas Perikanan yang sudah pernah mengikuti study perbandingan tentang budidaya laut dalam negeri.

3.6 Hambatan/Problema

Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan budidaya laut di Sulawesi Utara adalah pengetahuan dan ketrampilan nelayan dalam menangani aspek budidaya laut masih sangat minim bahkan boleh dikatakan tidak “berpengetahuan” tentang itu. Hal ini dapat dimengerti, karena ilmu budidaya laut itu sendiri masih baru berkembang dan proyek budidaya laut di Indonesia pada umumnya masih dalam taraf ujicoba. Teknisi yang akan membina pengembangan budidaya laut Dinas Perikanan juga sangat terbatas. Penyuluh lapangan yang terbatas. Penyuluh lapangan yang tersedia umumnya tidak mendapat “bekal” ilmu budidaya laut.

Masalah lain adalah terbatasnya dana pemerintah dan modal nelayan untuk mengembangkan budidaya laut. Disamping itu masalah prasarana yang belum memadai dari lokasi ke daerah pemasaran juga merupakan salah satu hambatan dalam pengembangannya. Ada daerah potensial yang sulit dijangkau dengan jalan darat. Namun, di beberapa daerah potensial, seperi Teluk Kora-kora. Teluk Totok dan Labuhan Uki, prasana jalan bukan masalah yang terlalu menghambat.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

  1. Daerah-daerah yang secara teknis potensial untuk pengembangan budidaya laut adalah Teluk Talengan, Teluk Manalu dan Selat Mohoemca di Kab. Sangihe Talaud; Teluk Kora-kora dan Teluk Totok di Kab. Minahasa : Teluk Bolaang Uki di Kab. Bolaang Mangondow; Teluk Paguyaman dan Perairan Lemito di Kab. Gorontalo. Sedangkan Teluk Kora-kora, Teluk Totok, Labuhan Uki dan Teluk Paguyaman merupakan lokasi yang baik bila dilihat dari aspek pemasaran.

  2. Jenis ikan utama yang dapat dibudidayakan secara teknis dan ekonomis terutama adalah ikan Kerapu, Kuwe dan Beronang. Sedangkan komoditi rumput laut khususnya dapat dikembangkan di Kab. Gorontalo.

  3. Hambatan utama dalam pengembangan budidaya laut di Sulawesi Utara adalah terbatasnya ketrampilan dan dana nelayan untuk keperluan investasi dan pengelolaannya serta keadaan prasarana yang belum memadai.

  4. Usaha budidaya laut merupakan alternatif yang paling baik dalam mensuplai ikan konsumsi pada saat musim paceklik ikan. Disamping itu budidaya laut merupakan salah satu jalan keluar terhadap masalah-masalah kenaikan biaya operasional, dan lain-lain yang terjadi pada bidang penangkapan ikan.

4.2 Saran - saran

  1. Perlu diadakan survai yang mendalam dan lengkap terhadap daerah-daerah yang secara teknis potensial untuk pengembangan budidaya laut di Sulawesi Utara.

  2. Bantuan pemerintah/instansi lain (bantuan luar negeri) yang paling dibutuhkan seperti pembangunan prasarana jalan ke lokasi budidaya laut, pendidikan dan latihan terhadap nelayan tentang aspek budidaya laut sangat diperlukan. Hal ini juga dalam rangka menunjang program pengembangan desa pantai.

  3. Bila usaha budidaya laut diwujudkan di Sulawesi Utara, disarankan dalam bentuk kelompok nelayan yang menjadi subjek pelaksanaannya, walaupun tidak tertutup kesempatan bagi perorangan atau badan lain. Dan daerah-daerah prioritas pengembangan diutamakan daerah-daerah yang mendapat dukungan dari aspek pasar yang lancar.


Previous Page Top of Page Next Page