Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 18
BUDIDAYA LAUT DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
DI PROPINSI SUMATERA SELATAN

Oleh

Umar Husin Zuna1)

1. PENDAHULUAN

Kegiatan usaha perikanan di Sumatera Selatan terdiri dari 3 jenis usaha yaitu penang-kapan ikan di laut, penangkapan ikan di perairan umum dan budidaya air tawar baik di kolam maupun di sawah. Budidaya tambak dan budidaya laut baru dimulai kegiatannya dalam dua tahun terakhir ini. Produksi ikan di Sumatera Selatan pada tahun 1984 sebesar 110.907,0 ton dan 73.114,3 ton adalah hasil penangkapan di laut.

Wilayah Sumatera Selatan yang memiliki perairan laut adalah Kabupaten Bangka, Belitung, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir dan Kotamadya Pangkalpinang. Perairan laut di Kabupaten Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir terletak di pantai timur pulau Sumatera dan banyak mengandung lumpur sehingga airnya keruh. Perairan laut di sekitar Pulau Bangka dan Pulau Belitung sebagian besar merupakan daerah karang dengan pantai yang landai dan di kelilingi oleh pulau-pulau kecil. Airnya cukup jernih dan banyak terdapat daerah yang terlindung dari pengaruh ombak baik karena letaknya di teluk-teluk Pulau Bangka dan Pulau Belitung mapupun terlindung oleh pulau-pulau kecil.

Biota yang terdapat di perairan laut Sumatera Selatan disamping ikan dan udang adalah kerang-kerangan, kepiting, penyu, teripang dan rumput laut. Kerang-kerangan dan rumput laut belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan masyarakat.

Budidaya laut khususnya budidaya ikan kerapu telah mulai diperkenalkan kepada masyarakat di Kabupaten Bangka dan Belitung pada tahun 1984. Kegiatan ini dilakukan oleh Dinas Perikanan sebagai percobaan dan oleh swasta sebagai kegiatan sampingan dari usaha penangkapan ikan kerapu, dimana ikan-ikan kecil yang belum mencapai ukuran ekspor untuk sementara ditampung dalam sangkar sampai menjadi ukuran untuk siap diekspor.

2. BUDIDAYA LAUT SAAT INI

2.1 Luas daerah

Budidaya laut di Sumatera Selatan telah dilakukan di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Kegiatan ini baru bersifat percobaan baik yang dilakukan oleh Dinas Perikanan maupun oleh swasta.

Di Pulau Bangka kegitan ini dilakukan di Pulau Ketawai yaitu sebuah pulau kecil yang terletak di pantai timur Pulau Bangka ± 20 mil dari muara Sungai Kurau. Kegiatan usaha ini dilakukan oleh swasta. Di Pulau Belitung kegiatan ini dilakukan oleh Dinas Perikanan setempat dengan APBD Tk. II Belitung dan oleh swasta. Kegiatan percontohan dari Dinas Perikanan dilakukan di Pulau Sebongkok dan usaha swasta dilakukan di Pulau Ru, sebelah barat Pulau Belitung.

1) Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Selatan.

Budidaya ikan kerapu ini dilakukan dalam kurungan terapung, luas usaha untuk masing-masing lokasi sebagai berikut:

- Pulau Ketawai,Kabupaten Bangka terdiri dari 10 buah kurungan, masing-masing berukuran 2 × 2 × 1,5 m3
- Pulau Sebongkok,Kabupaten Belitung terdiri dari 4 buah kurungan, masing-masing berukuran 3 × 3 × 3 M3
- Pulau Ru,Kabupaten Belitung terdiri dari 20 buah kurungan, masing-masing berukurang 3 × 3 × 4 m3.

2.2 Jenis komoditi

Jenis ikan yang dipelihara adalah ikan kerapu (Epinepheius spp). Benih ikan yang dipakai untuk budidaya ini adalah ikan-ikan kecil berukuran berat kurang dari 500 gram/ekor berasal dari hasil penangkapan di laut. Penangkapan benih secara khusus untuk keperluan budidaya ini belum dilakukan.

Penangkapan ikan kerapu dilakukan dengan menggunakan bubu, pancing tunggal dan pancing rawai. Bubu untuk penangkapan ikan ini dibuat dari kawat galvanis yang tahan karat. Bubu dipasang di dasar laut diantara batu karang dan terhindar dari arus laut. Pancing tunggal dan pancing rawai menggunakan mata pancing nomor 7 – 8. Pancing tunggal di pasang pada daerah kerang yang dangkal, sedang pancing rawai dipasang pada daerah karang dalam.

2.3 Teknik budidaya

Benih ikan kerapu yang berukuran berat kurang dari 500 gram dan belum mencapai ukuran untuk dipasarkan/ekspor. Selama menunggu agar mencapai ukuran siap untuk dipasarkan, ditampung dulu dalam kurungan ( cages ), sampai mencapai ukuran 500 – 2.000 gram/ ekor.

Kurungan ( cages ) untuk penampungan/pemeliharaan ikan kerapu dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut:

Denah dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.

Gambar 1. Denah lokasi budidaya ikan kerapu di P. Ru

Sebagai pedoman untuk kurungan berukuran 3 × 3 × 4 m3 diisi 300 – 400 ekor ikan ukuran kurang dari 500 gram/ekor. Makin besar benih ikan yang dipelihara makin sedikit jumlah ikan yang ditebarkan. Jumlah benih untuk tiap kurungan bergan tung pada jumlah persediaan benih, dapat lebih sedikit dan sebaliknya dapat pula lebih banyak.

Selama masa pemeliharaan/penampungan ikan diberi makanan berupa ikan-ikan kecil terdiri dari ikan hidup atau ikan segar. Jumlah makanan yang diberikan untuk tiap hari adalah 5 % dari perkiraan jumlah berat ikan yang dipelihara. Pemberian makanan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari.

2.4 Masa pemeliharaan

Masa pemeliharaan/penampungan dalam kurungan bergantung kepada ukuran benih pada waktu penebaran dan permintaan pasar. Benih yang berukuran 300 – 500 gram/ekor setelah 4 – 5 bulan sudah dapat dipanen dan mencapai ukuran 750 – 1.000 gram/ekor, ukuran yang cocok untuk diekspor.

2.5 Hasil dan produktivitas

Produksi ikan untuk tiap kurungan dan tiap unit usaha selama jangka waktu tertentu belum ada catatan secara terperinci, antara lain karena usaha ini baru bersifat uji-coba. Jumlah padat penebaran tidak selalu sama dan masa pemeliharaannya juga sangat relatif bergantung kepada persediaan.

Lama pemeliharaan sangat bergantung kepada permintaan pasar dan jumlah hasil tangkapan. Apabila hasil tangkapan sangat kurang sedang permintaan cukup banyak maka ikan-ikan dalam kurungan yang telah mencapai ukuran 500 gram/ekor atau lebih ditangkap secara memenuhi permintaan tersebut.

2.6 Pemasaran hasil

Pemasaran ikan kerapu hidup terutama ke Singapura. Waktu pengiriman ikan bergantung kepada permintaan. Volume untuk tiap kali pengiriman minimal 2 ton. Ikan-ikan yang akan dikirim ke Singapura tersebut diangkut dengan menggunakan perahu motor. Ikan disimpan dalam bak palkah atau dalam bak fibre glass. Selama dalam perjalanan diadakan sirkulasi air laut dengan menggunakan pompa air. Bak palkah pada perahu motor yang digunakan oleh pengusaha di Pulau Ketawai Bangka dirancang sedemikian rupa sehingga sirkulasi air dapat berjalan lancar. (Gambar 2)

Gambar 2.

Gambar 2. Kapal pengangkut ikan hidup

Keterangan :

  1. Bak-bak fiberglass
  2. Sistem pengudaran ( airation )
  3. Pompa air laut

Ikan yang akan dipasarkan ke Singapura biasanya tidak dikirim langsung tetapi ditampung dulu di Kepulauan Riau. Hal ini terutama karena pengusaha budidaya ikan kerapu di Bangka dan Belitung berasal dari Kepulauan Riau.

Sebagai gambaran tentang harga pemasaran ikan kerapu untuk pasaran lokal harganya berkisar Rp. 400,- – Rp. 500,- tiap kilogram, sedang untuk pemasaran di Singapura harganya dilikasi Rp. 2.000,- – Rp. 2.500,- per kilogram. Terdapat perbedaan harga cukup tinggi dan merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat nelayan setempat dalam kegiatan usaha penangkapan dan budidaya ikan kerapu tersebut.

3. POTENSI PENGEMBANGAN

3.1 Jenis komoditi yang potensial

Di perairan sekitar pula Bangka dan Pulau Belitung banyak terdapat ikan karang (antara lain kerapu, kakap merah, gerot-gerot), kerang-kerangan, kepiting, penyu, teripang dan rumput laut. Di perairan pantai timur Pulau Sumatera bagian selatan banyak terdapat jenis kerang-kerangan.

Biota laut tersebut merupakan potensi daerah yang dapat dikembangkan baik dalam usaha budidaya secara murni maupun usaha campuran antara penangkapan dengan penam-pungan/budidaya sambil menunggu waktu untuk dipasarkan. Sampai saat ini kecuali ikan kerapu, komoditi lainnya belum menarik perhatian para pengusaha, baik dalam daerah maupun dari luar daerah.

3.2 Luas dan penyebaran daerah pengembangan

Daerah pengembangan meliputi perairan sekitar Pulau Bangka dan Pulau Belitung untuk budidaya ikan karang, kerang-kerangan, rumput laut, kepiting dan teripang. Kerang-kerangan dapat pula dikembangkan di perairan pantai timur di wilayah Propinsi Sumatera Selatan. Luas daerah pengembangan secara kuantitatif belum diketahui untuk memperoleh data tersebut perlu dilakukan survei tersendiri.

3.3 Potensi produksi

Faktor alam yang mendukung kegiatan usaha budidaya laut di Sumatera Selatan antara lain :

Data tentang besarnya potensi untuk masing-masing belum ada.

3.4 Pemasaran hasil

Harga komoditi laut yang dikemukakan di atas untuk pasaran lokal belum mendukung untuk kegiatan budidaya laut. Ikan-ikan karang pada umumnya dipasarkan dalam keadaan segar bukan dalam keadaan hidup dan harganya sangat rendah. Penangkapan dan penampungan ikan karang agar tetap hidup memerlukan peralatan tersendiri dan keterampilan yang memadai.

Di perairan pantai wilayah Propinsi Sumatera Selatan, Pulau Bangka dan Pulau Belitung terdapat potensi kerang-kerangan dan rumput laut, tetapi sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal karena harganya di pasaran lokal sangat rendah.

3.5 Faktor produksi lainnya

Di Sumatera Selatan tenaga kerja yang memiliki keahlian budidaya laut masih sangat langka. Kegiatan usaha budidaya laut yang telah ada dilakukan oleh pengusaha dari luar daerah dan menggunakan tenaga kerja sebagian dari luar daerah pula.

Usaha budidaya laut di Sumatera Selatan belum banyak menarik minat para pengusaha swasta maupun perbankan untuk memanfaatkan potensi yang ada kerena belum terdapat contoh-contoh yang mudah untuk di tiru.

Dalam pengembangan usaha budidaya laut tindakan pasca panen seperti tehnik pengolahan hasil, pengangkutan ikan hidup, memegang peranan penting. Penguasaan tehnik pengolahan dan pengangkutan ikan hidup yang murah dan aman serta sederhana akan dapat menarik minat para pengusaha mengembangkan budidaya laut.

4. MASALAH DAN HAMBATAN

Untuk mengembangkan usaha budidaya laut di Sumatera Selatan terdapat beberapa masalah dan hambatan yang perlu mendapatkan perhatian yaitu :

  1. Tenaga terampil dalam bidang budidaya laut masih sangat langka.
  2. Lokasi dan besarnya potensi benih belum diketahui secara terperinci.
  3. Pemasaran lokal di Sumatera Selatan belum mendukung pengembangan budidaya laut.
  4. Gangguan penyakit terutama terhadap penyakit yang menyerang ikan kerapu belum dapat diatasi secara tuntas.
  5. Para pengusaha swasta dan perbankan belum tertarik minatnya untuk pengembangan usaha budidaya laut

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

  1. Budidaya laut yang telah dilakukan di Sumatera Selatan adalah budidaya ikan kerapu.
  2. Budidaya ikan kerapu ini merupakan usaha penampungan/memelihara ikan hasil tangkapan yang belum mencapai ukuran untuk ekspor dan masih bersifat uji coba.
  3. Budidaya biota laut lainnya belum dilakukan walaupun potensinya cukup tersedia.
  4. Tenaga kerja terampil untuk budidaya laut di Sumatera Selatan masih sangat langka.
  5. Untuk pengembangan budidaya ikan kerapu secara besar-besaran belum ada jaminan penyediaan benih secara teratur.

5.2 Saran-saran

Untuk mengembangkan usaha budidaya laut di Sumatera Selatan disampaikan saran-saran sebagai berikut :

  1. Agar di Sumatera Selatan dapat dilakukan uji lapangan hasil-hasil percobaan Balai Budidaya Laut Lampung atau Balai Penelitian lainnya sesuai dengan potensi daerah yang ada.
  2. Agar Direktorat Jenderal Perikanan dapat melakukan survai tentang potensi benih, khususnya benih ikan kerapu antara lain diperairan Pulau Bangka dan Pulau Belitung.
  3. Agar dilakukan latihan-latihan budidaya laut, baik di dalam maupun di luar negeri untuk mempersiapkan tenaga kerja terampil.

Previous Page Top of Page Next Page