Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 19
BUDIDAYA LAUT DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
DI PROPINSI LAMPUNG

Oleh

Ismail Said, A.R. Yunani dan M. Sinaga 1)

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini budidaya laut masih dalam tarap awal sehingga produksinya baik rumput laut, kerang-kerangan, dan ikan masih berasal dari stock alam. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan produksi sebagai salah satu tujuan dalam pembangunan perikanan maka penelitian budidaya laut yang meliputi usaha pembesaran dan pembenihan perlu ditingkatkan.

Seperti halnya budidaya air payau maka usaha budidaya laut juga dapat dilakukan di beberapa perairan di Propinsi Lampung, hal ini mengingat bahwa perairan Lampung mempunyai areal potensial untuk kemungkinan usaha budidaya. Untuk menunjang usaha tersebut di atas maka kegiatan usaha budidaya laut perlu digalakkan. Sudah barang tentu dalam usaha pengembangan budidaya laut harus memperhatikan beberapa aspek dan segi teknis, modal maupun pemasaran, yang selama ini merupakan faktor yang sangat penting untuk perkem bangan selan-jutnya. Oleh karena itu pada Pelita IV ini diharapkan Dinas Perikanan mulai merintis ke arah pelaksanaan untuk peningkatan produksi dari usaha budidaya laut.

Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan budidaya laut tertuang dalam Keppres No. 23 tahun 1982 dan SK. Menteri Pertanian No 473/Kpts./Um/1982 tentang petunjuk pelaksanaan budidaya laut serta petunjuk teknis budidaya laut dari Ditjen. Perikanan. Untuk menunjang kebijaksanaan tersebut di atas maka langkah selanjutnya telah dikeluarkan SK. Gubernur Kepala Daerah Tk. I Lampung tanggal 31 Desember 1982 No. G/256/B-II/HK/1982 tentang penetapan daerah lokasi pengembangan budidaya laut.

Guna merealisasi kebijaksanaan tersebut, maka Dinas Perikanan Propinsi dalam T.A 1985/ 1986 mengadakan penyuluhan/pengembangan budidaya ikan melalui proyek peningkatan produksi perikanan di Lampung. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para nelayan dan akhirnya diikuti oleh masyarakat baik sebagai lapangan usaha/kerja baru maupun untuk peningkatan produksi, penghasilan devisa Negara di masa mendatang.

2. KEADAAN BUDIDAYA LAUT DI LAMPUNG SAMPAI SEKARANG

2.1 Jenis sumber daya hayati dan penyebarannya

Jenis-jenis sumber daya hayati yang terdapat di daerah Lampung :

  1. Daerah pantai timur Lampung adalah kerang hijau (Mytilus viridis), Ikan kakap (Lates sp), ikan kerapu (Epinephelus sp).
  2. Daerah pantai barat Lampung adalah rumput laut (Gracilaria sp), dan (Gelidium sp).
  3. Daerah pantai selatan Lampung adalah ikan kerapu (Epinephelus sp), ikan kakap (Lates sp), rumput laut (Gracilaria sp, dan Gelidium sp)

1) Dinas Perikanan Propinsi Lampung

2.2 Penyebaran dan luas daerah usaha Budidaya Laut

Budidaya laut di daerah Propinsi Lampung merupakan usaha baru yang belum berkembang, hal ini disebabkan karena pengetahuan nelayan dan ketrampilannya yang sangat terbatas. Di Propinsi lainnya yang telah maju seperti Riau sudah mulai berkembang dalam usaha budidaya ikan, dan Sulawesi Tengah, Bali dengan rumput lautnya. Dinas Perikanan Propinsi Lampung telah mengadakan percobaan pemeliharaan kerang hijau, namun hasilnya masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut.

Daerah perairan pantai timur Lampung terutama Penet (Labuhan Maringgai) dan Teladas yang termasuk Kecamatan Menggala Kabupaten Lampung Utara masing-masing mempunyai potensi pengembangan jenis kerang hijau dan kakap. Atas dasar tersebut di atas maka pada tahun 1982/1983 telah dilakukan percobaan pemeliharaan kerang hijau dengan sistem pancang yang hasilnya selama masa pemeliharaan 6 bulan diperoleh hasil pada setiap bambu sekitar 15–30 kg dengan ukuran panjang kurang lebih 5 cm. Disamping itu di pantai barat Lampung terdapat rumput laut. Di tempat ini pada tahun 1982 telah ada usaha pengambilan/pengumpulan rumput laut oleh nelayan, dimana hasil yang diperoleh sekitar 24 ton basah jenis rumput laut Gracilaria sp dan Gelidium sp.

Survai yang telah dilakukan oleh team Ditjen. Perikanan pada tahun 1980 memperoleh hasil kepadatan rumput laut sebesar 650 gr/m2 dengan perkiraan potensi sebesar 17, 1 ton kering/tahun.

Padang Cermin merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang mempunyai kemungkinan pengembangan budidaya laut seperti mutiara, ikan, dan rumput laut. Di daerah Pidada pada tahun 1982 melalui investasi swasta asing (PMA) telah diusahakan pemeliharaan kerang mutiara yang menurut informasi perkembangannya cukup baik. Sedangkan jenis-jenis rumput laut yang terdapat di Padang Cermin adalah Eucheuma spinosum.

Berdasarkan hasil pengamatan di perairan Propinsi Lampung di perkirakan wilayah perairan yang mempunyai potensi pengembangan untuk usaha budidaya laut seluas 10.591 ha dengan penyebaran sebagai berikut :

Table 1. Lokasi dan luas areal
No.LokasiLuas areal
( ha )
Keterangan
1.Pantai timur Lampung  
- Teladas2.000Kerang hijau
- Lab. Maringgai5.558Kerang hijau/ikan
- Jabung1.040Kerang hijau
2.Pantai selatan Lampung  
- Telukbetung Barat93Mutiara
- Padang Cermin900Ikan, rumput laut
3.Pantai barat Lampung  
- Krui1.000Rumput laut

Sumber : Dinas Perikanan Tk. I Propinsi Lampung.

Daerah tersebut di atas telah ditetapkan sebagai usaha pengembangan budidaya laut melalui SK. Gubernur Kepala Daerah Tk. I Lampung. Dengan demikian perairan Propinsi Lampung mempunyai kemungkinan pengembangan usaha budidaya laut. Walaupun potensi tersebut cukup tetapi penyebarannya perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Menyadari pentingnya usaha budidaya di dalam menunjang peningkatan produksi perikanan dan perlindungan sumber, maka pada Pelita IV telah diambil langkah-langkah yang mendorong partisipasi aktif dari perusahaan swasta, nasional maupun PMA. Oleh karenanya budidaya laut telah dimasukkan dalam prioritas penanaman modal dibidang perikanan. Melalui keikutsertaan pihak swasta ini diharapkan akan mendorong tumbuhnya usaha budidaya laut oleh nelayan.

3. PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT

3.1 Prospek pengembangan

Pengembangan budidaya laut dimaksudkan untuk meningkatkan penghasilan nelayan/petani ikan, memenuhi gizi bagi masyarakat serta perluasan lapangan kerja. Hal ini tertuang dalam tujuan Pelita IV sub sektor perikanan adalah sebagai berikut :

  1. Meningkatkan pendapatan nelayan/petani ikan dan perluasan kesempatan kerja produktif.
  2. Meningkatkan produksi dan produktifitas usaha dengan jalan mengembangkan agribisnis.
  3. Meningkatkan konsumsi ikan menuju swasembada pangan protein dengan jalan memasyarakatkan makan ikan.
  4. Meningkatkan ekspor dan mengurangi impor.
  5. Meningkatkan pembinaan sumber melalui pengendalian dan pengawasan perikanan.

3.2 Ketersediaan tenaga dan dana

Upaya pencapaian di dalam pengembangan produksi budidaya laut ini maka jalan yang akan ditempuh adalah pelaksanaan percobaan pemeliharaan (uji terap) bagi setiap jenis biota laut dalam wilayah pengembangan sehingga diharapkan dapat diperoleh gambaran jenis apa saja yang cocok untuk dikembangkan.

Dalam rangka alih teknologi dan peningkatan keterampilan nelayan/petani ikan perlu diadakan pembinaan penyuluhan, diutamakan pada kegiatan kelompok yang diarahkan terselenggaranya usaha bersama. Sejalan dengan itu, maka perlu dibentuk lembaba-lembaga, kelompok nelayan/petani ikan budidaya laut serta pengadaan sarana pembinaan/penyuluhan lainnya yang diperlukan. Perlu disampaikan pula bahwa sampai saat ini Dinas Perikanan baru mempunyai 6 tenaga PPS, yaitu 2 (dua) PPS murni dari budidaya air tawar dalam rangka Naep, 4 (empat) orang PPS yang dikualifikasikan pada tambak, sedangkan untuk budidaya laut belum tersedia.

Disamping itu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman PPS dan PPL perlu diadakan latihan / training sehingga akan dapat menanggulangi berbagai masalah yang dihadapi dalam usaha pengembangan budidaya laut.

Dalam pengembangan usaha budidaya laut diperlukan bantuan permodalan yang cukup tinggi dari pemerintah dalam bentuk kredit kalau mungkin kredit dengan pola Bimas. Dengan kredit/bank akan dimanfaatkan untuk mempercepat usaha budidaya laut terutama untuk membantu nelayan/petani ikan dalam pengembangan usahanya.

Oleh karena kegiatan budidaya laut dapat dikatakan merupakan hal baru di daerah Lampung, maka sebelum kegiatan tersebut diintroduksikan kepada nelayan / petani ikan haruslah terlebih dahulu melalui tahapan-tahapan yang sifatnya berupa pengujian di lapangan terhadap jenis biota laut yang diperkirakan cocok bagi suatu perairan tertentu. Selanjutnya diikuti oleh kegiatan penyuluhan dan kemungkinan pemberian kredit kepada nelayan/petani ikan yang memerlukan modal untuk memulai kegiatan usaha budidaya laut tersebut.

Secara garis besarnya tahapan-tahapan didalam pengembangan budidaya laut pada suatu daerah dapat dituangkan sebagai berikut:

  1. Tahapan percobaan atau pengujian lapangan
  2. Tahapan introduksi
  3. Tahapan implementasi atau berproduksi

Dalam tahap percobaan atau pengujian lapangan dilakukan berbagai kegiatan percobaan yang bersifat teknis tentang kemungkinan budidaya pada suatu perairan dengan memperhatikan sifat-sifat ekologis perairan tersebut. Dari percobaan ini dapatlah diharapkan suatu hasil mengenai jenis biota laut dengan metoda yang paling cocok untuk perairan di daerah tersebut atau untuk daerah lain yang mempunyai kondisi perairan yang mirip. Tahap introduksi merupakan kelanjutan dari proses percobaan atau pengujian lapangan yang berhasil pada suatu daerah tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan membuat demonstrasi plot atau dengan demonstration farm. Dalam tahapan ini juga harus dipikirkan mengenai kemungkinan pemberian kredit baik nelayan/petani ikan yang akan melakukan kegiatan budidaya laut serta kemungkinan pemasaran hasil produksinya.

Dalam tahap implementasi salah satu hal yang harus dipikirkan didalam pemberian kredit kepada nelayan/petani ikan adalah ketegasan dan status luas area/pantai laut yang akan diusahakan.

3.3 Produksi yang dapat dicapai

Dengan usaha budidaya laut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi ikan segar guna memenuhi kebutuhan protein hewani dan meningkatkan hasil ekspor. Sedangkan rumput laut, disamping memenuhi kebutuhan protein nabati juga besar manfaatnya sebagai bahan baku industri seperti pembuatan cat, kosmetik, obat-obatan dan lain-lain. Sehubungan dengan itu percobaan kearah aquaculture ditujukan kepada jenis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan sangat digemari oleh masyarakat, hal ini untuk menjamin bahwa jika percobaan tersebut telah berhasil dan meningkat kearah pengusahaan yang lebih besar maka permintaan konsumen diharapkan tetap tinggi.

Sasaran peningkatan produksi budidaya di Propinsi Lampung diproyeksikan pada akhir Pelita IV sebesar 3.130 ton yaitu dengan peningkatan rata-rata 96,5 % per tahun. Sasaran proyeksi produksi selama Pelita IV adalah sebagai berikut :

1.Tahun 1984310ton
2.Tahun 1985620ton
3.Tahun 19861.150ton
4.Tahun 19871.950ton
5.Tahun 19883.130ton
 Jumlah7.160ton

Adapun sasaran peningkatan produksi di prioritaskan dari budidaya ikan (kakap, kerapu, beronang), kerang hijau dan rumput laut.

3.4 Pemasaran hasil

Pemasaran hasil adalah kunci utama yang harus dipikirkan, selanjutnya permintaan atau pemasaran ke mana hasil produksi disalurkan. Baik buruknya pemasaran hasil pemeliharaan maupun dari stock alam merupakan kunci dari berhasil/tidaknya usaha pemeliharaan salah satu sumber hasil laut.

Dengan pesatnya kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk, maka permintaan penyediaan protein hewani yang berasal dari ikan akan semakin tinggi, begitu pula protein nabati yang berasal dari rumput laut. Dalam tahap produksi ini hasil produksi meningkat akan mempengaruhi tingkat pemasaran/tingkat harga.

3.5 Hambatan/problema

Umumnya didalam budidaya laut akan ditemukan berbagai masalah baik manusia, modal maupun faktor lingkungan. Adapun hambatan yang pokok dalam usaha budidaya laut adalah sebagai berikut :

  1. Usaha budidaya laut di Propinsi Lampung merupakan hal yang baru, pengalaman maupun keterampilan nelayan/petani ikan dan penyuluh perikanan sangat terbatas.
  2. Bibit/benih ikan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya baik dalam jumlah maupun mutunya. Bibit/benih dari alam maupun induce breeding sangat sulit diperoleh.
  3. Masalah parasit/hama penyakit yang akan mengakibatkan kematian serta faktor keamanan belum dapat diatasi sepenuhnya.
  4. Kondisi lingkungan yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan biota laut itu sendiri belum cukup diketahui.
  5. Guna pelaksanaan alih teknologi, nelayan/petani ikan tidak memiliki modal yang cukup.
  6. Belum jelas diketahui permintaan atau pemasaran ke mana hasil produksi harus disalurkan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan di perairan Propinsi Lampung di perkirakan potensi pengembangan usaha budidaya laut seluas 10.591 ha. Pengusahaannya terutama ditujukan untuk meningkatkan tarap hidup para nelayan/petani ikan, juga memenuhi kebutuhan gizi bagi masyarakat serta perluasan kesempatan kerja.

Didalam pengembangan produksi budidaya laut perlu dilaksanakan tahap percobaan atau pengujian lapangan, tahap introduksi dan tahap implementasi atau berproduksi bagi setiap jenis biota laut, agar dapat tergambar jenis-jenis apa yang cocok untuk dikembangkan di tiap wilayah pengembangan.

Dalam rangka alih teknologi dan peningkatan keterampilan nelayan/petani ikan, para PPL dan PPS harus lebih aktif terutama pembinaan penyuluhan pada kelompok nelayan/petani ikan.

Dalam pengembangan usaha budidaya laut diperlukan bantuan permodalan dari Pemerintah dalam bentuk kredit, kalau mungkin kredit pola Bimas. Kredit/bank akan dimanfaatkan terutama untuk membantu nelayan/petani ikan dalam mengembangkan usahanya.

Disamping permodalan harus dapat dipikirkan pula permintaan atau pemasaran ke mana hasil produksi harus disalurkan.

4.2 S a r a n

Kegiatan budidaya laut di daerah Lampung sudah saatnya digalakkan, guna memproduksi jenis ikan yang termasuk nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari masyarakat, serta meningkatkan hasil ekspor non migas.


Previous Page Top of Page Next Page