Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 20
BUDIDAYA LAUT DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
DI DKI JAKARTA

Oleh

Lilik Litasari dan Wahyuni 1)

1. PENDAHULUAN

Sumber daya alam dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan komponen-komponen yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan agar dapat memenuhi kebutuhan pokok manusia. Komponen-komponen tersebut di atas terdiri dari komponen biotik, komponen abiotik serta interaksi keduanya. Suatu sumberdaya, apabila secara kontinyu selalu dimanfaatkan cenderung mempunyai produktivitas yang semakin menurun.

Teluk Jakarta merupakan salah satu contoh sumberdaya perairan yang sudah jenuh, artinya, kegiatan penangkapan di perairan Teluk Jakarta sudah melebihi daya dukungnya. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah nelayan serta makin efisiennya alat tangkap yang digunakan sehingga produksi perikanan menurun dan dikhawatirkan dapat mengancam kelestarian sumber daya tersebut. Disamping itu, adanya buangan-buangan limbah industri di Teluk Jakarta dapat mengancam pula kelestarian sumberdaya itu.

Budidaya laut merupakan salah satu alternatif guna meningkatkan produksi komoditi perikanan dan sekaligus merupakan upaya pelestarian sumberdaya tersebut. Disamping itu, dengan semakin majunya budidaya laut, hasil yang diperoleh diharapkan dapat kontinyu serta tidak tergantung dari alam saja,

Diharapkan, kegiatan budidaya laut dapat membuka lapangan kerja baru bagi nelayan serta dapat meningkatkan taraf hidupnya. Kegiatan budidaya ini sejalan dengan upaya pemerintah pusat dalam pelestarian sumberdaya alam yang tertuang didalam Keppres No. 23/1982. Dalam pada itu sebelumnya, Gubernur DKI - Jakarta telah meletakkan kerangka landasan dengan menutup sebagian perairan Kep. Seribu sebagai kegiatan penangkapan ikan yang tercantum didalam SK. Gubernur No. Ca.19/120/1970; serta dikoordinasikan pula dengan SK Menteri Pertanian R.I. No. 527/Kpts/Um/1982 tentang penetapan daerah perairan Kep. Seribu seluas ± 108.000 Ha sebagai kawasan konservasi sumberdaya alam dengan fungsi sebagai cagar alam laut.

2. KEADAAN BUDIDAYA LAUT DI DKI JAKARTA

Kegiatan budidaya laut di DKI Jakarta dilakukan di perairan Kep Seribu Teluk Jakarta, baik dalam bentuk uji coba - uji coba yang dilakukan oleh pemerintah, maupun kegiatan yang dilakukan oleh nelayan Kep. Seribu walau dalam jumlah yang kecil.

Usaha budidaya laut di DKI Jakarta merupakan suatu kegiatan yang relatif baru, sehingga belum begitu populer dikalangan masyrakat Jakarta, Dinas Perikanan DKI melakukan usaha percontohan nyata di P. Ondrust Kep. Seribu yang meliputi ikan-ikan kerapu, beronang, lencam, kakap merah dan kerang hijau. Diharapkan dengan adanya percontohan nyata di bidang budidaya laut, usaha ini dapat berkembang dikalangan masyarakat nelayan Kep. Seribu dan dapat merupakan salah satu alternatif mata pencaharian mereka.

1) Dinas Perikanan DKI Jakarta.

Areal budidaya laut yang dapat dikembangkan di wilayah DKI Jakarta seluas ± 450 Ha yang meliputi pulau-pulau besar dan kecil di Kep. Seribu seperti P. Panggang, P. Harapan P. Pramuka dan P. Kelapa; Adapun jenis-jenis komoditi yang dibudidayakan yaitu ikan kerapu, beronang, lencam, kerang hijau dan ikan hias.

Usaha budidaya laut yang dilakukan oleh masyarakat Kep. Seribu masih merupakan usaha sambilan, sehingga pengelolaannyapun disamping masih tradisional dan coba-coba juga belum ditangani secara penuh. Padat penebaran ikan-ikan yang dibudidayakan berkisar antara 5–6 ekor / m2 dengan pemberian pakan sekitar 10 % berat badan/hari. Makanan yang diberikan yaitu ikan rucah atau ikan lainnya yang tertangkap. Usaha pemberantasan hama penyakit dan gangguan lingkungan lainnya belum banyak dilakukan.

Masa pemeliharaan ikan berkisar antara 6–12 bulan dengan hasil yang belum memuaskan. Tingginya mortalitas ikan tersebut antara lain akibat kurang baiknya pengangkutan benih yang mengakibatkan banyak ikan yang terluka; hal ini mengundang hama penyakit dan jamur merusakkan tubuh ikan tersebut. Disamping itu, pemberian makanan yang tidak kontinyu akibat penanganan yang belum sepenuhnya dilakukan, mengakibatkan pula lambatnya pertumbuhan dan kematian ikan.

Penyediaan benih bagi usaha budidaya laut didapat dari usaha penangkapan yang dilakukan nelayan Kep. Seribu.

3 POTENSI PENGEMBANGANNYA

Seperti telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa areal budidaya laut seluas 450 Ha dan baru sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai tempat budidaya laut. Pulau-pulau yang cukup potensial bagi pengembangan usaha budidaya laut ini yaitu antara lain P. Untung Jawa, P. Rambut, P. Tidung, P. Panjang dan sebagainya. Disamping itu, selain jenis-jenis ikan kerapu, beronang dan sebagainya yang sudah dibudidayakan; masih banyak lagi jenis-jenis ikan yang cukup potensial untuk dibudidayakan seperti ikan lingkis, mujang langkai dan sebagainya. Ikan-ikan tersebut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan disukai masyarakat.

Dari data-data potensi di atas, usaha budidaya laut di DKI Jakarta mempunyai prospek yang cerah. Disamping itu, untuk wilayah DKI Jakarta pemasaran hasil bukan merupakan suatu masalah. Hal ini berhubungan dengan transportasi yang semakin lancar dan tumbuhnya usaha restaurant (sea food) yang berkembang pesat. Hingga saat ini banyak permintaan pengusaha-pengusaha restaurant yang belum dapat dipenuhi oleh DKI Jakarta. Harga jenis-jenis budidayapun tidak mengecewakan; untuk ikan kerapu dan beronang harga berkisar antara Rp. 3.000–Rp. 5.000 per kg; kerang hijau sekitar Rp. 500,- per kg dan ikan hias bergerak dari Rp. 50,-/ekor hingga Rp. 1.000,-/ekor.

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan usaha budidaya laut di DKI Jakarta yaitu :

  1. Modal kerja dan ketrampilan
    Disamping masalah keuangan yang dihadapi oleh masyarakat pengusaha budidaya laut, juga keterampilan atau pengetahuan maupun keahlian mereka tentang aspek budidaya juga masih kurang. Dengan demikian, bantuan modal serta usaha penyuluhan guna menambah pengetahuan mereka diharapkan dapat memperbaiki keadaan.
  2. Masalah pengadaan benih.
    Untuk jenis-jenis beronang, lencam dan kerang hijau benihnya masih dapat diperoleh di alam dalam jumlah yang cukup, sedang untuk benih ikan kerapu sudah agak sulit mendapatkannya. Hal ini, karena semakin banyaknya usaha budidaya kerapu dan juga perusakan habitat kerapu, yaitu karang. Usaha pembenihan buatan diharapkan dapat mengatasi masalah ini.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari sekitar 450 Ha dengan ± 41 pulau-pulaunya yang potensial untuk budidaya laut, baru sebagian kecil yang dimanfaatkan oleh masyarakat pengelola budidaya laut di Kep. Seribu. Masih banyaknya daerah-daerah potensial budidaya laut yang belum dimanfaatkan desebabkan oleh belum populernya usaha ini dikalangan masyarakat.

Bantuan modal serta usaha-usaha penyuluhan di bidang budidaya laut diharapkan dapat mempopulerkan usaha ini serta dapat merupakan alternatif usaha bagi masyarakat Kep. Seribu khususnya.

Pengembangan budidaya laut di DKI Jakarta ditunjang pula oleh transportasi dan pemasaran yang baik serta harga jual ikan hasil budidaya yang cukup tinggi.


Previous Page Top of Page Next Page