Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 22
BUDIDAYA LAUT DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
DI PROPINSI JAWA TENGAH

Oleh

Djoko Setiadjit 1)

1. PENDAHULUAN

Pembangunan Perikanan dalam Pelita IV pada hakekatnya adalah merupakan kelanjutan dan sekaligus peningkatan segala usaha yang telah dilaksanakan dalam Pelita III. Sasaran yang belum tercapai harus diselesaikan, hasil positip yang didapat perlu dikembangkan terus dan masalah baru yang timbul akibat dari pembangunan itu sendiri harus dipecahkan.

Sesuai dengan tahap pengembangannya, pembagunan perikanan dalam Repelita IV diarahkan untuk mencapai tujuan :

  1. Meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan serta memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja produktif dalam Sub Sektor Perikanan.
  2. Meningkatkan produksi dan produktifitas usaha nelayan dan petani ikan dengan jalan mengembangkan agribisnis.
  3. Meningkatkan konsumsi ikan menuju swasembada pangan protein dengan jalan memasyarakatkan makan ikan.
  4. Meningkatkan ekspor dan mengurangi impor hasil perikanan.
  5. Meningkatkan pembinaan sumber melalui pengendalian dan pengawasan perikanan.
  6. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, dilaksanakan usaha-usaha pokok yang meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi baik horizontal maupun vertikal dan rehabilitasi.

Disamping usaha-usaha pokok yang dilaksanakan pada bidang penangkapan, budidaya air payau dan budidaya air tawar, maka sejak tahun 1982 pengembangan budidaya laut di perairan Indonesia mulai di kembangkan dengan pengaturan yang lebih jelas.

Budidaya laut di Indonesia pada saat ini masih merupakan usaha baru yang belum berkembang. Sampai saat ini dapat dikatakan masih dalam tahap penelitian, keculai beberapa jenis biota yang sudah dikembangkan seperti pemeliharaan tiram mutiara di Banggai, Aru, Dobo, dan Ternate. Mengingat budidaya laut merupakan usaha baru, maka pengalaman maupun keterampilan nelayan/petani ikan dan petugas perikanan masih sangat terbatas.

Luas perairan Indonesia yang mencapai ± 70 %, banyaknya teluk-teluk dan selat-selat yang ada serta perairan karang yang cukup luas, merupakan modal besar bagi kita untuk mengembangkan usaha budidaya laut. Budidaya laut selain untuk melestarikan sumber daya alam dan peningkatan produksi, juga dapat/merupakan/membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Dengan adanya kepastian berusaha dibidang budidaya laut yaitu dengan terbitnya Keputusan Presiden No. 23 th. 1982 serta petunjuk pelaksanaannya melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 473/KPTS/UM/7/1982, maka diharapkan budidaya laut dapat berkembang dengan baik di Indonesia.

1) Dinas Perikanan Propinsi Jawa Tengah

Untuk Jawa Tengah, pengembangan budidaya laut telah diatur melalui Surat Keputusan Gubernur KDH Tk. I Jawa Tengah Nomor : 524/128/1983, tentang Pengembangan Budidaya Laut di Perairan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Pada Surat Keputusan tersebut telah ditetapkan lokasi budidaya laut, jenis-jenis sumberdaya hayati laut yang dibudidayakan, prosedur perijinan, pembinaan/pengawasan sanksi dan lain sebagainya.

2. KEADAAN BUDIDAYA LAUT DI JAWA TENGAH

2.1 Jenis Beberapa jenis komoditi yang dibudidayakan pada usaha budidaya laut di Jawa Tengah adalah :

Adapun jenis komoditi yang sudah diintroduksikan budidayanya adalah Kerang hijau. Sistim pemeliharaan yang dilaksanakan adalah :

2.2 T e m p a t

Usaha budidaya kerang hijau di Jawa Tengah dilaksanakan pada perairan pantai calon lokasi tambak yang belum sepenuhnya dapat diusahakan sebagai usaha tambak. Lahan sebagaimana dimaksud banyak terdapat di Jawa Tengah sebagai akibat adanya pendangkalan dan melebarnya garis pantai ke sebelah utara.

Sistim pemeliharaan dengan transplantasi dilaksanakan dengan menempatkan “spat collector” pada perairan untuk kerang hijau. Penempatan “spat collector” memerlukan waktu 1 – 2 bulan, setelah terlihat banyak spat yang menempel, maka baru ditransplantasikan ketempat pembesaran.

2.3 Metoda

Metode pancang dilaksanakan dengan memancangkan tiang-tiang bambu kolektor lainnya ke dasar perairan yang telah diketahui terdapat benih kerang. Tiang diatur dalam bentuk barisan lurus untuk mempermudah pengawasan dan pemungutan hasil. Jarak antara tiang 1 m dan jarak antara baris 1 – 2 meter.

Metode gantung dilaksanakan dengan sistem rakit apung, rakit tancap dan tali gantung.

Waktu pemeliharaan dari saat pengumpulan spat, sampai dengan panen adalah 6 bulan, dengan ukuran rata-rata kerang 5 – 7 cm. Selebihnya dari waktu pemeliharaan 6 bulan, maka sedikit demi sedikit kerang akan mati. Satu tahun dapat dilaksanakan 2 kali periode pemeliharaan.

2.4 Hasil yang dicapai :

Budidaya kerang hijau yang dilaksanakan di Jawa tengah, dilaksanakan pada lahan tambak yang belum bisa dimanfaatkan. Setiap Ha lahan calon tambak dapat dipasang 10.000 kolektor sitim hanging dan masing-masing dapat menghasilkan 3 kg kerang dengan cangkangnya, mka untuk tiap Ha berarti dapat menghasilkan ± 30 ton.

Adapun ratio antara daging kerang dengan kerang pada waktu masih ada cangkangnya adalah 1 : 5, artinya setiap kg kerang dengan cangkang dapat menghasilkan daging 2 ons.

2.5 Penyediaan benih

Spat/benih kerang hijau menurut pengamatan cukup banyak terdapat di perairan pantai utara Jawa Tengah, terutama pada perairan sekitar Demak, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang dan Brebes. Ditempat-tempat tersebut telah dilaksanakan percobaan budidaya kerang hijau dan hasilnya ternyata cukup memuaskan.

2.6 Pemasaran hasil

Pemasaran hasil pada kenyataannya masih merupakan salah satu mata rantai yang sangat menentukan keberhasilan suatu usaha produksi. Keberhasilan produksi tanpa didukung pemasaran dengan harga yang layak akan menyebabkan hancurnya usaha dimaksud.

Dari hasil uji terap budidaya kerang hijau yang telah dilaksanakan di Jawa Tengah, usaha produksi tersebut dapat dikatakan sudah berhasil. Tetapi dari segi permintaan dan pemasaran ternyata belum dapat mendukung keberhasilan uji terap budidaya kerang hijau dimaksud.

Memang di pasar-pasar khususnya di Kodya Semarang, terlihat adanya kerang hijau yang dijual, namun masih dalam jumlah yang sedikit. Apabila di pasar tersebut kita drop dalam jumlah yang agak banyak maka tidak akan laku. Dari keadaan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan masyarakat untuk kerang hijau masih sangat terbatas. Harga rata-rata kerang hijau tanpa cangkang per kg mencapai Rp. 800 – Rp. 1.000,-.

Untuk mencoba pasaran ekspor, telah dicoba mengirimkan sample melalui cold strorage ke Singapura. Dari penawaran ini diperoleh tanggapan dari Singapura berupa permintaan pengiriman 10 ton kerang hijau tanpa cangkang, namun ternyata petani tambak belum dapat memenuhinya.

3. POTENSI PENGEMBANGAN

Beberapa jenis biota yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Tengah berdasarkan indikator biologis adalah :

- Kerang hijau(Mytilus viridis)
- Kerang darah(Anadara granosa)
- Ikan kakap(Lates calcarifer)
- Ikan kerapu(Epinephelus spp)
- Rumput laut(Eucheuma spinosum, Gracilaria granosa)
- Kepiting(Scylla serrata).

Penyebaran dan luas daerah budidaya laut di Jawa Tengah dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. : 524/128/1983 ditetapkan sebagai berikut:

  1. Perairan pantai Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara termasuk pulau Panjang.
  2. Perairan gugusan pulau-pulau Karimunjawa
  3. Perairan Pantai Kabupaten Daerah Tingkat II Rembang.
  4. Perairan Pantai Kabupaten Daerah Tingkat II Kebumen.

Salah satu hal yang sulit dicari di pantai utara Jawa Tengah adalah mencari lokasi yang tenang dan tidak terlalu terpengaruh oleh gelombang.

Produksi yang dapat dicapai dari potensi / prospek pengembangan tersebut, tentu saja sangat dipengaruhi oleh intensifikasi pengelolaan usaha budidaya laut itu sendiri.

Namun mengingat kelebihan dan keuntungan budidaya laut sendiri maka dari segi keuntungan, semestinya budidaya laut sendiri harus lebih menguntungkan dibanding dengan budidaya didaratan. Menurut pengamatan kami, maka budidaya laut mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu :

  1. Dapat mengurangi penggunaan tanah di daratan
  2. Dapat memanfaatkan badan air yang ada secara maksimal
  3. Memungkinkan untuk dilakukan berbagai macam sistim budidaya dalam satu badan air.
  4. Khususnya untuk budidaya laut dengan sitem cage culture, mudah untuk mengontrol predator dan kompetitor.
  5. Cage culture mudah dipindahkan
  6. Mudah untuk mengurangi handling stress dan mortalitas.

4. MASALAH DAN KENDALA

Hambatan/problema yang selama ini dirasakan Jawa Tengah dalam upaya menggalakkan budidaya laut adalah :

  1. Belum tumbuhnya minat masyarakat untuk terjun pada usaha budidaya laut.
  2. Masyarakat pada umumnya berpendapat bahwa penangkapan di laut masih menguntungkan sehingga belum merasa perlu untuk melaksanakan budidaya dilaut.
  3. Pengadaan benih jenis-jenis komoditi budidaya laut seperti benih kakap, kerapu, kepiting dan sebagainya yang setelah dibitung relatif mahal dan sulit didapat, sehingga menyebabkan usaha budidaya jadi tidak menguntungkan.
  4. Belum adanya tenaga Dinas Perikanan yang mempunyai ketrampilan khusus budidaya laut.
  5. Sulit mencari lokasi budidaya laut dipantai utara dan selatan Jawa Tengah yang memenuhi syarat, baik ditinjau dari segi kondisi oceanografis maupun segi kondisi daratan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Usaha budidaya laut di Jawa Tengah belum berkembang sebagaimana yang diharapkan walaupun sudah diterbitkan Surat Keputusan Gubernur yang mengaturnya.
  2. Berdasarkan indikator biologis, perairan Jawa Tengah mempunyai jenis-jenis komoditi yang dapat dikembangkan.
  3. Uji terap usaha budidaya laut yang sudah dilaksanakan secara tehnis dengan berhasil sudah dilaksanakan oleh Dinas Perikanan adalah budidaya kerang hijau. Namun dari segi penyuluhan dan menarik minat masyarakat ternyata baru 2 orang swasta yang tertarik untuk mengusahakannya.
  4. Budidaya kerang hijau di Jawa Tengah, terbentur pada usaha pemasaran. Dan sebagian masyarakat elite merasa was-was untuk mengkonsumsi kerang hijau karena disinyalir mudah terjadinya kontaminasi logam berat pada kerang hijau.
  5. Budidaya jenis-jenis ikan tertentu seperti kakap, kerapu, beronang, kepiting dan sebagainya, terbentur pada penyediaan benih yang masih sulit didapat.
  6. Untuk mengembangkan budidaya laut di Jawa Tengah pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya, kami menyarankan BBL agar :

6. PENUTUP

Demikian sekilas lintas budidaya laut yang sudah dilaksanakan dan prospek pengembangannya di Jawa Tengah, semoga mempunyai manfaat pada workshop ini pada khususnya dan usaha pengembangan budidaya laut di Indonesia pada umumnya.


Previous Page Top of Page Next Page