Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 23
BUDIDAYA LAUT DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

Oleh

I. Made Suyasa 1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Latar belakang dari pengembangan budidaya laut di Daerah Bali adalah sebagai berikut :

1.1.1. Adanya potensi budidaya laut yang jumlahnyarelatifluasyaitu ±2.700 Ha, yang perlu ditingkatkan pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan ekspor komoditi non migas

1.1.2. Selama ini hasil perikanan yang dikonsumsi maupun diekspor dari daerah Bali sebagaian besar berasal dari usaha penangkapan/pengumpulan yang sangat tergantung dari stok alam. Apabila hal ini dilaksanakan secara terus menerus dengan tidak memperhatikan keterbatasan jumlah stok alam yang tersedia atau penangkapan/pengumpulan dilaksanakan secara berlebihan maka akan dapat mengganggu kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

1.1.3. Di beberapa tempat di daerah Bali terdapat kegiatan penggalian karang laut yang dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian oleh nelayan/penduduk sekitarnya yang mempunyai dampak negatif terhadap kelestarian sumber dan lingkungan perikanan. Hal ini sulit diatasi secara tuntas karena menyangkut masalah sosial ekonomi penduduk itu sendiri. Pengembangan budidaya laut merupakan salah satu upaya untuk mengalihkan mata pencaharian penduduk dari kegiatan penggalian batu karang tersebut.

1.2. Landasan/dasar pengembangan budidaya laut di daerah Bali.

Landasan pengembangan budidaya laut di daerah Bali didasarkan atas kebijaksanaan pemerintah yang dituangkan dalam suatu kebijaksanaan sebagai berikut :

1.2.2. Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982 tentang kebijaksanaan Ekspor Non Minyak dan Gas Bumi.

1.2.3. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 8 tahun 1982 tentang peningkatan ekspor non migas.

1.3. Realisasi pengembangan budidaya laut di daerah Bali

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas dan sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah maka Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Bali mengambil langkah-langkah untuk melaksanakan percobaan-percobaan dan pembinaan-pembinaan. Percobaan-percobaan meliputi budidaya rumput laut, ikan kerapu dan kerang hijau. Pelaksanaan dari masing-masing percobaan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Dinas Perikanan Propinsi Bali

1.3.1. Percobaan budidaya rumput laut.

Percobaan budidaya rumput laut di Daerah Bali dimulai tahun 1977/1978 yaitu kerjasama antara Dinas Perikanan Propinsi Dati I Bali dengan Lembaga Oceanologi Nasional (LON) Jakarta dengan menggunakan Eucheuma spinosum. Lokasi percobaan di Pantai Terora (Tanjung Benoa) Kecamatan Kuta, Kabupaten Dati II Badung dan percobaan ini ternyata menunjukkan hasil yang baik.
Percobaan selanjutnya dilanjutkan oleh penduduk setempat dan dalam kurun waktu relatif singkat usaha budidaya rumput laut tersebut telah berkembang mencapai + 1 Ha dan dan dampak positifnya telah dirasakan oleh para petani berupa peningkatan penghasilan maupun kesempatan kerja.

Percobaan-percobaan dilanjutkan oleh Dinas Perikanan Propinsi Dati I Bali dengan anggaran APBD Tk. I Bali dan kemudian tahun 1982/1983 bekerjasama dengan Bappeda Tk. I Bali dengan mengambil lokasi di pantai timur Pulau Serangan, Kabupaten Badung; pantai Desa Pejarakan, Kabupaten Buleleng dan pantai Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

Percobaan-percobaan tersebut di atas dilanjutkan lagi dalam tahun 1984/1985 dengan melaksanakan Proyek Pengembangan Teknik Budidaya Laut di Lampung tahun 1983/1984, bagian Proyek Penerapan Teknik Budidaya Laut di Bali dengan lokasi di pantai Timur Pulau Serangan dan Pantai Desa Pejarakan dan jenis rumput laut yang dicoba adalah Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii.

1.3.2 Percobaan budidaya ikan (ikan kerapu).

Percobaan budidaya ikan kerapu dimulai tahun 1982/1983 dengan dana dari APBN dan merupakan salah satu kegiatan Proyek Peningkatan Produksi Perikanan di Bali; tahun 1982/1983.
Percobaan ini berlokasi di Pantai Pejarakan Kabupaten Buleleng dan di pantai Padangbai Kabupaten Karangasem dengan masing-masing 3 buah cage berukuran 3 × 3 × 3 m3 dengan padat penebaran rata-rata/cage 250 ekor dan lama pemeliharaan ±9 bulan.

Dari hasil percobaan ini diperoleh data bahwa dari berat individu yang ditebar antara 100–150 gram/ekor ternyata terdapat kenaikan berat per-individu rata-rata 500 gram dan angka mortalitas 70% selama pemeliharaan.

Kemudian percobaan dilanjutkan lagi dengan dana APBN tahun 1984/1985 dari Proyek Pengembangan Teknik Budidaya laut, bagian Proyek Penerapan Tehnik Budidaya Laut.

1.3.3. Percobaan budidaya kerang hijau.

Percobaan budidaya kerang hijau dilaksanakan pada tahun 1982/1983 dengan dana APBN yang merupakan salah satu kegiatan Proyek Peningkatan Produksi Perikanan di Bali tahun 1982/1983.

Lokasi percobaan budidaya kerang hijau adalah di Pantai Benoa, Kabupaten Badung, pantai Pejarakan Kabupaten Buleleng dan Pantai Padangbai Kabupaten Karangasem. Bibit kerang hijau ini diperoleh dari pantai Jakarta.
Dari percobaan ini belum diperoleh data/gambaran tentang perkembangan kerang hijau di Bali karena kerang hijau tersebut setelah dipelihara satu bulan seluruhnya mati secara bertahap. Matinya kerang hijau itu, penyebabnya belum diketahui dengan pasti namun diduga karena adanya perubahan/perbedaaan lingkungan.

2. KEADAAN BUDIDAYA LAUT SAAT INI

2.1. Luas daerah budidaya menurut jenis komoditi

Luas areal budidaya laut yang berkembang dengan baik di daerah Bali dan mendapat tanggapan positif dari petani adalah budidaya rumput laut, sedangkan budidaya kerang-kerangan dan ikan belum berkembang. Luas budidaya rumput laut pada akhir tahun 1984 tercatatat 102 Ha dan pada akhir semester I tahun 1985 luasnya telah mencapai 107,75 Ha dengan lokasi sebagai berikut :

a.Kabupaten Badung pada :: 
- pantai pulau Serangan:+1,0 Ha
- pantai Geger:   3,0 Ha
b.Kabupaten Dati II Klungkung:: 
- pantai Jungu Batu:27 Ha
- pantai pulau Lemongan:34,25 Ha
- pantai Desa Toyopakeh:3 Ha
- pantai Pood:32 Ha
- pantai Batununggul:3 Ha
- pantai Suwana:4 Ha
- pantai Kutampi:0,5 Ha

2.2. Jenis komoditi yang dibudidayakan

Sampai saat ini jenis komoditi yang dikembangkan pada budidaya laut di daerah Bali hanya rumput laut dari jenis Eucheuma spinosum. Sedangkan jenis lain belum berkembang dan masih dalam taraf percobaan.

2.3. Padat penebaran, pemberantasan gangguan lingkungan lainnya, pengelolaan usahanya:

  1. Padat penebaran Metoda budidaya rumput laut yang dikembangkan oleh para petani di daerah Bali adalah menggunakan metoda lepas dasar yaitu dengan sistim pancang/petak. Masing-masing petak/unit berukuran 2,5 × 5 m2. Didalam petak berukuran 12,5 m2 terdapat 220 – 300 ikat bibit atau seberat 22 – 30 kg. Antara petak yang satu dengan yang lainnya terdapat antara + 1 m untuk tempat berjalan untuk memudahkan dalam pemeliharaan/pembersihan/dan panenan. Karena itu dalam areal 1 Ha dapat diisi + 476 unit pada permulaan memerlukan bibit sebanyak 10.472 – 142.800 kg.

  2. Pemberantasan gangguan
    Gangguan yang dirasakan dalam budidaya rumput laut ini adalah ikut menempelnya tumbuh-tumbuhan laut lainnya pada rumput laut yang dibudidayakan. Untuk mengatasi hal ini para petani rumput laut secara berkala setiap 3 – 7 hari sekali mengadakan pembersihan terhadap tumbuhan laut pengganggu.
    Disamping itu pada beberapa lokasi ikan/penyu dirasakan sebagai hama namun hal itu pada tanaman rumput laut yang relatif luas tidak berarti.

  3. Pengelolaan usahanya
    Pengelolaan usaha budidaya rumput laut dilaksanakan secara berkelompok. Jumlah masing-masing anggota kelompok tergantung kepada luas areal dan lokasi. Jumlah anggota setiap kelompok antara 10 – 70 K.K. Jumlah kelompok petani budidaya rumput laut pada masing-masing kabupaten sebagai berikut:

  1. Kabupaten Dati II Badung ada 2 kelompok yaitu di Desa Serangan satu kelompok dengan jumlah anggota 20 K.K. dan di Desa Bualu satu kelompok dengan jumlah anggota 51 K.K.

  2. Kabupaten Dati II Klungkung ada 27 kelompok dengan jumlah anggota 863 K.K.

-Desa Jungut Batu 3 kelompok dengan anggota61 K.K.
-Desa Lembongan 15 kelompok dengan anggota381 K.K.
-Desa Toyopakeh 1 kelompok dengan anggota29 K.K.
-Desa Peed 5 kelompok dengan anggota325 K.K.
-Desa Batununggul 1 kelompok dengan anggota20 K.K.
-Desa Suwana 1 kelompok dengan anggota39 K.K.
-Desa Kutampi 1 kelompok dengan anggota8 K.K.

2.4. Periode pemeliharaan

Periode pemeliharaan sejak mulai penanaman sampai kepada pemanenan pertama lamanya satu bulan. Sedangkan untuk selanjutnya pemanenan dilaksanakan sebanyak dua kali dalam satu bulan. Pada umunya pemetikan/panen terhadap rumput laut dapat dilaksanakan sepanjang tahun.
Dalam periode pemeliharaan ini perlu dilakukan penggantian pada rumpun rumput laut yang rusak.

2.5. Hasil yang dicapai dan produktivitas usahanya.

Dalam tahun 1984 dari-luas areal 102 Ha dapat dicapai produksi 1533, 2 ton dengan perincian sebagai berikut :

Perbedaan produktivitas ini disebabkan karena produksi yang tercatat dari Kabupaten Klungkung hanya yang dijual sedangkan produksi untuk pengembangan areal pemeliharaan berupa bibit tidak tercatat sehingga jumlah produksi dibandingkan dengan luas areal relatif rendah.

2.6. Penyediaan benih.

Penyediaan bibit rumput laut dari jenis Eucheuma spinosum dapat dengan mudah diperoleh pada areal pemeliharaan. Namun untuk jenis lainnya perlu didatangkan dari luar daerah Bali.

2.7. Pemasaran rumput laut.

Pada waktu ini pemasaran rumput laut belum stabil karena komoditi ini merupakan komoditi ekspor sehingga harganya dipengaruhi oleh pasaran luar negeri dan umumnya komoditi rumput laut dalam negeri kalah bersaing dengan produksi negara lain seperti Pilipina yang produksi dan kwalitetnya lebih tinggi.

Namun dalam tahun 1985 (semester I) pemasaran rumput laut telah lebih membaik dari sebelumnya, sehingga hal ini dapat mendorong perkembangan budidaya laut di Bali. Harga rumput laut pada semester I tahun 1985, pada tingkat produsen berkisar antara Rp150,- -Rp200,-/kg (kering) atau Rp30,-- Rp35,-/kg dalam keadaan basah. Pemasaran rumput laut ke luar negeri melalui Surabaya yang selanjutnya dikirim ke Jepang, Denmark dan Perancis. Disamping itu ada pula yang langsung pemasarannya dari Bali ke Jepang.

3. POTENSI PENGEMBANGAN

3.1. Jenis-jenis ikan/kerang-kerangan/rumput laut yang terdapat di Daerah Bali dan potensial untuk dibudidayakan antara lain terdiri atas : kambangan, kerapu, kakap, udang barong dan rumput laut.

3.2. Penyebaran dan luas daerah yang memungkinkan bagi usaha budidaya laut.

Potensi budidaya laut di Daerah Bali belum diinventarisasi secara keseluruhan dan pada tahun 1977/1978 baru dilaksanakan terhadap rumput laut saja. Namun demikian potensi budidaya laut di Daerah Bali diperkirakan mencapai luas 2.700 Ha. Adapun lokasi yang potensial untuk pengembangan budidaya laut di perkirakan sebagai berikut :

  1. Rumput laut.

    -Kabupaten Badung 
    - Pantai Geger (Bualu-Nusadua)± 20 Ha
    - Pantai Terora (Tanjung Benoa)± 80 Ha
    - Pantai Timur Pulau Serangan± 80 Ha
    - Pantai Suwung sampai Tuban± 1.500 Ha
    (Jimbaran bagian Timur) 
    -Kabupaten Bulcleng 
    - Meliputi daerah mulai dari pantai Labuhan Haji ke Barat sampai Teluk Terima
    dengan luas.± 420 Ha
    -Kabupaten Karangasem 
    - Daerah Candi Desa dan Padangbai dengan luas± 100 Ha
    -Kabupaten Klungkung 
    - Meliputi pantai perairan Nusa Penida± 300 Ha
  2. Kerang-kerangan

    Budidaya kerang-kerangan yang lokasinya belum disurvai diperkirakan mencapai luas ± 50 Ha yaitu mulai dari Teluk Terima sampai Gilimanuk.

  3. Lokasi budidaya ikan.

    Lokasi budidaya ikan meliputi:

    -Kabupaten Dati II Buleleng Pantai Desa Pejarakan± 50 Ha.
    -Kabupaten Dati II Karangasem Pantai Desa Padangbai± 50 Ha.
    -Kabupaten Dati II Badung Pantai Desa Benoa± 50 Ha.

Keseluruhan lokasi tersebut telah pernah dipakai sebagai lokasi percobaan pemeliharaan ikan dengan pertumbuhan yang cukup baik tapi mortalitasnya cukup tinggi yaitu ± 70%. Mortalitas tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh bibit-bibit ikan yang ditangkap dengan menggunakan bahan kimia (potas).

3.3 Potensi produksi yang dapat dicapai.

3.3.1. Rumput laut.

Berdasarkan pengamatan terhadap pengumpul atau pengusaha budidaya rumput laut di Desa Bualu Kabupaten Dati II Badung dan sekitarnya diperoleh gambaran bahwa produksi optimal untuk 1 unit petak pemeliharaan dengan ukuran 2,5 × 5 m2, yang telah pernah dicapai oleh para petani rumput laut rata-rata 100 kg/tahun rumput laut kering atau 500 kg/th. dalam berat basah.

Dengan demikian dari 1 Ha luas areal (± 476 unit) produksi yang dicapai tdiperkirakan 47,6 ton kering atau 119.000 ton kering dari perkiraan seluruh areal yang ada.

3.3.2. Budidaya laut ikan (ikan kerapu).

Berdasarkan hasil percobaan yang dilaksanakan ternyata kenaikan berat perindividu selama pemeliharaan sebesar 450–500 gr, dari berat tebar 100–150 gr, sehingga berat per individu pada waktu dipanen rata-rata berkisar antara 550–650 gr./per ekornya dengan mortalitas 70%. Bila mortalitas dapat ditekan menjadi 40% dari padat penebaran 250 ekor dengan berat 37,5 kg pada cage yang berukuran 3×3×3 m3 maka yang hidup sebanyak 150 ekor, sehingga pada akhir pemeliharaan selama 6–8 bulan dengan asumsi kenaikan berat per individu seberat 450 gram, maka produksi yang dicapai sekitar 90 kg/cage. Jadi dapat diperkirakan bahwa untuk luas areal pemeliharaan 1 Ha akan dapat dipasang cage yang berukuran 3×3×3 m3 sebanyak 396 buah. Maka potensi produksi yang dicapai selama 1 tahun ±35,64 ton/Ha 53,46 ton/th. dari potensi seluas 150 Ha. Ha.

3.3.3. Budidaya kerang-kerangan.

Sampai saat ini belum dapat menentukan potensi produksi kerang-kerangan di Daerah Bali karena percobaan yang telah dilaksanakan ternyata belum berhasil. Keseluruhan bibit yang dicoba mati secara bertahap dalam waktu 1 bulan pemeliharaan. Sehingga data yang diperlukan untuk menunjang dalam menentukan potensi produksi belum ada sama sekali. Untuk ini perlu adanya percobaan ulang dan hasil percobaan tersebut nantinya dapat digunakan untuk menentukan potensi produksi di Daerah Bali.

3.4. Pemasaran hasil.

Dalam rangka pengembangan rumput laut, maka perlu diadakan penjajagan pemasaran rumput laut, sehingga kalau nantinya budidaya rumput laut lebih berkembang lagi, agar harganya tidak turun. Harga yang meningkat cenderung mendorong aktivitas petani untuk meningkatkan usahanya. Karena itu harga yang stabil dan memberikan keuntungan yang wajar bagi petani sangat penting bagi perkembangan budidaya rumput laut. Sedangkan pemasaran kerang hijau dan ikan kerapu untuk Daerah Bali belum mendukung pengembangan budidaya laut tersebut.

3.5. Ketersediaan tenaga dan dana.

3.5.1. Dengan perkiraan kemampuan para petani budidaya laut untuk mengelola usahanya masing-masing adalah :

Jika dilihat dari potensi luas areal budidaya laut di Daerah Bali, maka kebutuhan tenaga kerja diperkirakan ± 8940 KK dan kesemuanya ini akan dapat dipenuhi oleh petani pada Kabupaten/Desa lokasi dari pada potensi budidaya laut tersebut.

3.5.2. Ketersediaan dana.

Untuk petani rumput laut, mengingat input yang diperlukan relatif sedikit, maka mengenai ketersediaan dana tersebut tidak merupakan masalah dalam mengembangkan usahanya. Namun untuk usaha kerang hijau dan ikan kerapu, karena masih dalam tarap percobaan perlu disediakan dana dari APBN pada masa-masa yang akan datang.

3.6. Hambatan/problema.

Hambatan/problema yang dihadapi pada saat ini dan yang akan datang adalah sebagai berikut :

  1. Hambatan dalam memajukan usaha budidaya laut adalah masalah pemasaran yang kurang lancar dan harganya relatif rendah.
  2. Mengingat perkembangan pariwisata bahari di Daerah Bali, kemungkinan beberapa potensi budidaya laut akan berkurang luas arealnya.
  3. Dalam pengembangan budidaya ikan, masalah yang dihadapi adalah penyediaan benih dalam jumlah yang cukup dengan ukuran yang sama dalam waktu yang tepat.

4. KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

4.1. Kesimpulan

  1. Usaha budidaya laut khususnya budidaya rumput laut mempunyai prospek yang cerah mengingat keadaan geografis perairan laut Daerah Bali yang mempunyai persyaratan tehnis untuk pengembangan budidaya laut dimasa yang akan datang dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas usaha perikanan.

  2. Usaha pengembangan budidaya laut khususnya rumput laut, memberikan dampak positif sebagai berikut:

    1. Budidaya rumput laut merupakan diversifikasi dari kegiatan perikanan.
    2. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya perikanan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna serta sekaligus memelihara/menjaga kelestarian sumber perairan pantai.
    3. Menambah pendapatan petani pesisir pantai serta memperluas lapangan kerja.
    4. Meningkatkan ekspor komoditi non minyak dan gas bumi dalam rangka peningkatan devisa negara.

4.2. Saran-saran.

  1. Untuk diversifikasi usaha perlu dicoba jenis-jenis rumput laut lainnya yang diperlukan oleh para importir dari luar negeri.
  2. Perlu pelaksanaan percobaan budidaya laut lainnya seperti kerang-kerangan dan ikan dalam rangka pemanfaatan potensi alam yang tersedia.

5. PENUTUP

Budidaya laut merupakan usaha yang relatif baru dalam kegiatan perikanan di Daerah Bali, maka untuk memantapkan pengembangannya di masa-masa yang akan datang kiranya perlu pengaturan lebih lanjut agar tidak terjadi benturan antara Sub Sektor Perikanan dan Sektor Pariwisata dalam pemanfaatan sumber daya alam perairan pantai.

Demikianlah uraian singkat tentang perkembangan budidaya laut di Daerah Bali untuk dapat digunakan sebagai bahan pembahasan dalam Workshop budidaya laut di Lampung.


Previous Page Top of Page Next Page